Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

50 Persen Demografi Pemilih Adalah Buruh, Presiden Partai Buruh: Saatnya Kamu Berkuasa

Ilustrasi Partai Buruh mengatakan bahwa sudah saatnya buruh menentukan nasib lewat pilihannya di Pemilu 2024. (Design by @salwadiatma)

ANDALPOST.COM – Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan bahwa sudah saatnya buruh menentukan nasib lewat pilihannya di Pemilu 2024. Hal itu ia sampaikan dengan mengutip data demografi pemilih Pemilu 2019.

“Catatan KPU 2019, kalau kita bulatkan suara sah 140 juta. Jumlah buruh dari demografi pemilih 50 persen. Tapi kau lihat nasibmu,” kata Iqbal dalam rapat bersama Persatuan Buruh Jawa Timur, Selasa (14/2).

Said menilai, jika merujuk besarnya suara buruh pada pemilu terakhir, maka selayaknya buruh hidup sejahtera. Namun, ia mengatakan yang terjadi malah sebaliknya.

“Memperjuangkan upah masih harus turun ke jalan. Berhadapan dengan aparat. Berkalang tanah. Mempertaruhkan nyawa. Itu pun, rata-rata Jatim, naiknya hanya 0,8 persen,” tegas Said.

Dalam kaitannya, Said menyinggung partai-partai yang ia juluki pemodal. Hal tersebut ia cirikan spesifik kepada partai yang menyetujui omnibus law.

“Bukti partai pemilik modal apa Bung Said? Mereka setuju omnibus law! 70 persen DPR RI dikuasai oleh pemilik modal. Memang bukan mereka yang masuk, tapi mereka yang bayarin,” ujar Said.

“Itu yang menjelaskan kenapa upahmu murah. Menjelaskan kenapa banyak dari kamu outsourcing,” imbuhnya.

Said menilai buruh saat ini tidak kecipratan tetesan pembangunan ekonomi yang naik setiap tahun. Kebijakan-kebijakan yang ada saat ini juga dinilai tidak berpihak pada buruh.

“Jumlahmu terbilang banyak. Kau penentu siapa presiden, siapa gubernur. Kau penentu siapa bupati/walikota, yang tinta (penanya) menentukan berapa nilai kenaikan upah. Saatnya bangkit melawan, atau diam tertindas,” tegasnya.

Said Iqbal: Buruh Berkuasa Rakyat Sejahtera

Lebih lanjut Said menyampaikan bahwa memilih partai yang tidak mendukung kepentingan buruh sebagai tindakan gila. Ia pun mengakui pernah menjadi gila dalam konteks ini.

“Kau tolak upah murah, tapi pilih partai yang dukung upah murah. Kau tidak suka outsourcing, tapi pilih partai yang buat. Kan gila kita ini semua. Tolol dan bodoh. Termasuk saya. Hanya orang gila yang memilih orang yang menyengsarakan dirinya,” papar Said.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.