Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Amir Abdollahian Sebut Iran Tetap Berteman dengan Lebanon Kendati Masa Sulit

Pertemuan Amir Abdollahian dan PM Lebanon Najib Mikati. (Sumber: irangov.ir)

ANDALPOST.COM – Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menyebut Iran tetap berteman dengan Lebanon kendati tengah menghadapi masa-masa sulit.

Hal tersebut diungkap Amir Abdollahian dalam sebuah pertemuan yang juga dihadiri sejumlah tokoh Lebanon dari berbagai kelompok, Sabtu (14/12/2023).

Pertemuan itu dihadiri menteri kebudayaan dan tenaga kerja, mantan menteri luar negeri, kepala Persatuan Cendekiawan Internasional Mendukung Perlawanan, ketua House of Pembina Majelis Cendekiawan Muslim Lebanon, serta beberapa anggota parlemen.

Dalam pertemuan tersebut, Abdollahian menjelaskan sudut pandang Iran terkait permasalahan internal Lebanon. Termasuk hubungan bilateral serta masalah regional dan internasional.

Tujuan Berteman dengan Lebanon

Bahkan, ia mengungkapkan perjalanan ke Lebanon merupakan kesempatan besar untuk bertukar gagasan mengenai hubungan antara kedua belah pihak.

“Kami yakin partai politik Lebanon memiliki kompetensi yang cukup untuk memilih presiden tanpa campur tangan asing,” tutur Amir Abdollahian.

Terkait permasalahan ekonomi di Lebanon dan kekurangan bahan bakar serta energi, Amir Abdollahian menuturkan bahwa Iran siap bekerja sama dengan Lebanon di bidang ekonomi, komersial, dan energi.

“Pendekatan Presiden Raisi didasarkan pada doktrin kebijakan luar negeri yang seimbang. Prioritas kami dalam kebijakan ini adalah fokus pada tetangga dan kawasan,” sambung dia.

Sementara itu, terkait perkembangan di Yaman, Abdollahian membeberkan bahwa perang di wilayah itu harus dihentikan dan membuka jalan untuk pembicaraan intra-Yaman.

“Kami sangat percaya bahwa perang di Ukraina harus dihentikan dan dialog harus menggantikan perang,” kata Amir Abdollahian.

Tak hanya itu, ia juga menegaskan pandangan Iran mengenai perkembangan di Afghanistan dan upaya Iran untuk mendukung rakyat Afghanistan guna membentuk pemerintahan yang inklusif.

“Mengacu pada kebijakan destruktif Amerika Serikat (AS) di Asia Barat, pada saat perang 33 hari, ada pembicaraan tentang Timur Tengah baru, lalu Timur Tengah yang lebih besar, dan kemudian lebih besar lagi,” tuturnya.

“Tujuan utama konspirasi ini adalah untuk mencabut perlawanan. Namun menurut informasi rinci kami, saat ini perlawanan memiliki kondisi terbaik di Lebanon dan Palestina,” sambung Abdollahian.

Menteri Luar Negeri Iran itu juga menekankan bahwa Iran mendukung perlawana Sunni di Lebanon dan Suriah.

“Sama seperti kami mendukung perlawanan Syiah, kami juga mendukung perlawanan Sunni di Lebanon dan Suriah,” terang Abdollahian.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.