ANDALPOST.COM – Perusahaan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Co melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan di pabrik St Petersburg, Rusia karena dampak dari perang Rusia vs Ukraina.
Sebelumnya pabrik Hyundai di St Petersburg sudah berhenti beroperasi sejak Maret 2022, karena masalah tidak adanya pengiriman komponen untuk perakitan mobil di sana.
Para pekerja pun tidak memiliki kegiatan alias menganggur selama berbulan-bulan hingga akhirnya diputuskan untuk diberhentikan.
“Karena penangguhan produksi yang berkelanjutan, Hyundai Motor mengambil langkah untuk mengoptimalkan jumlah stafnya di Rusia,” kata Hyundai unit Rusia dikutip dari Reuters.
Sampai saat ini pihak Hyundai belum memberikan informasi detail terkait seberapa banyak karyawan yang akan diberhentikan.
Adapun jumlah karyawan di pabrik St Petersburg yaitu sekitar 2.600 orang pembuat mobil Hyundai dan Kia, dan dengan kapasitas pabrik yaitu sekitar 200.000 kendaraan per tahun.
Surat kabar Korea Selatan Tona Ilb melaporkan pada bulan Oktober 2022 lalu, Hyundai sedang mempertimbangkan untuk menjual pabriknya di Rusia karena ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas keuangan normal, seperti kemampuan perusahaan untuk mentransfer uang dari kantor pusat ke cabang Rusia sangat terbatas.
Saat terjadi pemberhentian operasi di pabrik St Petersburg. Hyundai terus merakit mobil di pabrik Avtotor Kaliningrad untuk sementara waktu, kemudian menangguhkan perakitan di sana juga.
Namun, Hyundai tetap membayar gaji karyawan dan memelihara pabrik, membayar pajak, serta tagihan air dan listrik.
Sebagai informasi, pabrik Hyundai di Rusia telah menyumbang delapan persen dari penjualan global Kia pada tahun 2021 dan lima persen dari penjualan global Hyundai.
Hyundai dan Kia juga memiliki pangsa pasar sebesar 22,5 persen dari total pasar kendaraan Rusia di tahun 2021.
Sebelum terjadi perang antara Rusia vs Ukraina semakin memanas, Hyundai dan Kia telah menjual total 373.000 kendaraan dengan memproduksi model Kia Sportage, Hyundai Palisade, dan Tucson di Rusia.
Tona Ilbo mengatakan mungkin sulit bagi pembuat mobil untuk meninggalkan pasar Rusia karena investasi yang dilakukan dalam pengembangannya.
Misalnya, Hyundai menutup kesepakatan untuk membeli bekas pabrik General Motors di St. Petersburg pada awal November 2020.
Pada Juni tahun ini, surat kabar Delovoy Petersburg, mengutip sebuah sumber, melaporkan bahwa Hyundai telah membekukan proyek perombakan pabrik tersebut. Alasan penangguhan tidak diungkapkan.
Perusahaan juga membuka pabrik mesin Hyundai Via Rus LLC di St. Petersburg pada September 2021, menginvestasikan sekitar 15,8 miliar rubel dalam proyek tersebut.
Sementara itu, sebagian besar produsen mobil Barat melarikan diri dari Rusia dan akibatnya jumlah mobil China yang dijual di seluruh negeri melonjak.
Pada Januari 2022, mobil China miliki 9,6 persen pangsa pasar mobil baru Rusia, dan pada akhir November angka tersebut melonjak menjadi 31,3 persen.
Hal ini menguatkan bahwa perusahaan China masuk untuk mengisi celah di pasaran.
Hyundai mengaku prihatin atas situasi yang terjadi di Ukraina yang mengalami serangan militer dari Rusia.
Perusahaan mengaku saat ini Prioritasnya adalah mengedepankan keselamatan karyawan dan semua pelanggan.
(WAN/FAU)