Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Komisi PBB Soroti Kemajuan Hak Perempuan di Era Digital

Komisi PBB Soroti Kemajuan Hak Perempuan di Era Digital

Meningkatkan Pendidikan

Lantaran ketidaksetaraan gender pada akhirnya adalah masalah kekuasaan, Guterres menyerukan tindakan segera di tiga bidang. Dimulai dengan peningkatan pendidikan, pendapatan, dan lapangan kerja bagi perempuan dan anak perempuan, khususnya di Global South.

Tak hanya itu, partisipasi penuh dan kepemimpinan perempuan dan anak perempuan dalam sains dan teknologi juga harus dipromosikan.

Guterres menjelaskan, komunitas internasional harus menciptakan lingkungan digital yang aman bagi perempuan dan anak perempuan.

Guna mencapai hal itu, PBB akan bekerja untuk memajukan kode etik integritas informasi pada platform digital. Agar mengurangi bahaya dan meningkatkan akuntabilitas.

Guterres menekankan, pentingnya mempromosikan kontribusi penuh perempuan untuk sains, teknologi, dan inovasi. 

Bahkan, Guterres menyebut langkah itu merupakan sebuah keharusan.

“Komisi Status Perempuan adalah dinamo dan katalisator transformasi yang kita butuhkan. Bersama-sama, mari kita melawan dorongan misogini, dan maju untuk wanita, anak perempuan, dan dunia kita,” jelas Guterres.

Perempuan Dianggap Minoritas

Norah Magero adalah Insinyur Mekanik dan Pakar Energi Terbarukan dari Kenya dengan pengalaman dalam desain dan pengelolaan teknologi energi off-grid. (Foto: RAEng/GGImages/Alissa Everett).

Presiden Majelis Umum PBB, Csaba Korosi mengatakan, peran perempuan sangat dibutuhkan dunia. Terutama dalam mengatasi krisis yang kompleks dan saling terkait.

Seperti perubahan iklim, konflik, kemiskinan, kelaparan, dan kelangkaan air.

Sayangnya, Korosi menyebut kaum perempuan masih tergolong minoritas dalam teknologi informasi digital, komputasi, fisika, matematika, dan teknik.

Bahkan, jumlahnya berkurang hingga 35 persen dalam hal tenaga kerja teknologi informasi dan komunikasi global.

“Mereka 20 persen lebih kecil kemungkinannya menggunakan internet dibandingkan pria, tetapi 27 kali lebih mungkin menghadapi pelecehan online atau ujaran kebencian, jika mereka melakukannya,” ungkap Korosi. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous menjelaskan, revolusi digital menawarkan potensi peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan perempuan dan anak perempuan.

Terlebih pada saat kemajuan menuju pembangunan berkelanjutan terancam.

“Dimanfaatkan secara efektif, teknologi dan inovasi, dapat menjadi pengubah permainan untuk mengatalisasi pengentasan kemiskinan, mengurangi kelaparan. Meningkatkan kesehatan, menciptakan lapangan kerja baru, memitigasi perubahan iklim, mengatasi krisis kemanusiaan. Meningkatkan akses energi, dan menjadikan seluruh kota dan masyarakat lebih aman dan lebih berkelanjutan, bermanfaat bagi perempuan dan anak perempuan,” beber Bahous.

Sehingga, ia menegaskan kerangka kerja normatif global untuk memobilisasi teknologi menuju pencapaian kesetaraan gender. (spm/ads)