Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Mengenal Sejarah dan Budaya Minum Teh di Masyarakat Jawa

Ilustrasi Teh yang Populer di Masyarakat Jawa. (Design by @salwadiatma)

Pada tahun 1836, di Pulau Jawa telah tertanam 1.700.000 pohon teh. Tahun 1870, tanaman teh sudah mulai diusahakan oleh perusahaan swasta.

Pada tahun 1893, kebun teh rakyat mencapai 300 hektar. Berkembang menjadi 8000 hektar di tahun 1909. Tahun 1910 semakin meluas hingga 1000 hektar, dan tahun 1920 mencapai 20.000 hektar.

Budaya minum teh di Masyarakat Jawa Populer

Dilansir dari Kemendibud.go.id menjelaskan bahwa budaya minum teh di Masyarakat Jawa itu bermuara dari para sultan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdahulu yang menyukai minuman teh. 

Namun, penyajian minum teh untuk para sultan ada abdi dalem yang bertugas bernama Patehan. Patehan adalah abdi dalem yang bertugas menyiapkan minuman, khususnya teh, dan segala perlengkapan untuk keperluan Keraton Yogyakarta.

Ritual ini awalnya merupakan kebiasaan upacara minum teh sehari-hari yang diikuti oleh para sultan sebelumnya, tetapi mendapat sedikit penyesuaian pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. 

Patehan dimulai dengan arak-arakan abdi dalem yang mengenakan pakaian adat Jawa dan menuangkan teh sebagai penghargaan kepada tamu yang disertai doa untuk keharmonisan bumi

(IAP/FAU)