Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pemilu 2024: Dominasi Ganjar dan Anies di Pulau Jawa Makin Tak Terhentikan

Ilustrasi Bakal Calon Capres di Pemilu 2024 (Design by @kenzz.design)

ANDALPOST.COM – Elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, semakin melejit berdasarkan survei Poltracking Indonesia jelang Pemilu 2024.

Padahal baru saja diumumkan nama-nama partai yang menjadi peserta Pemilu 2024. Namun hal ini tak menghentikan kenaikan elektabilitas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR, mengatakan bahwa Anies dan Ganjar mendominasi wilayah Jawa. Khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang didominasi Ganjar. Sedangkan untuk wilayah DKI dan Jawa bagian barat menjadi milik Anies.

Menurut data yang dihimpun, elektabilitas keduanya bisa dikatakan hampir sama. Meskipun Ganjar memimpin dengan persentase 57,4 sedangkan Anies dengan 42,6 persen.

“Kalau dilihat dari peta ini, relatif imbang, baratnya pulau jawa itu basisnya Anies Baswedan, tengah ke timur itu basis Ganjar Pranowo,” kata Yuda saat merilis hasil surveinya pada Kamis (15/12/2022).

Berdasarkan data tersebut, Anies memperoleh 49,6 persen di DKI Jakarta dan 47,6 persen di Banten.

Diketahui jika daftar pemilih tetap (DPT) di DKI Jakarta mencapai 4,1 persen dan Banten 4,3 persen dari total pemilih nasional. Dengan demikian, di wilayah barat ini terdapat 8,4 persen pemilih nasional.

Angka tersebut, menurut Yuda, sangat kuat sebagai modal untuk mengajukan diri bertarung memperebutkan RI satu.

“Angka ini Anies cukup kuat, bukan cukup kuat, sangat kuat di Jakarta, 49,6 persen. Anies juga menguasai Banten 47,6 persen,” ujar Yuda.

Sementara itu, kemenangan telak bagi Ganjar akan didapatkan di Jawa Tengah termasuk D.I. Yogyakarta.

Di provinsi tempat dirinya menjabat ini, Ganjar menghimpun elektabilitas 71,4 persen. Angka ini terbilang sangat besar bahkan melebihi sosok seperti Prabowo Subianto yang hanya meraup 10,8 persen.

Sementara itu, Anies menyusul di belakangnya dengan 9 persen. Padahal, dari persentase tersebut, jumlah pemilih di Jawa Tengah ada sekitar 16,1 persen dari total pemilih nasional.

Daerah netral berada di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada kedua wilayah tersebut, keduanya tidak mendominasi secara signifikan.

Anies menang di Jawa Barat dengan hanya meraup suara 36,3 persen. Dimana wilayah ini ditempati 17,4 persen orang dari total pemilih nasional.

Sedangkan Ganjar menang di Jawa Timur dengan suara 36,1 persen. Di provinsi tersebut terdapat 16,2 persen pemilih dari jumlah total pemilih nasional.

“Nah wilayah pertarungan terkerasnya ini berarti di dua provinsi ini sementara, Jawa Barat dan Jawa Timur,” tutur Yuda.

Kendati demikian, kedua sosok tersebut dirasa belum sekuat dua calon sebelumnya yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Menurut Yuda, Anies belum berhasil memenangi perebutan suara di Jawa Barat sebagaimana Prabowo pada pemilihan presiden sebelumnya.

Di sisi lain, kemenangan Ganjar di Jawa Timur juga belum sekuat Presiden Joko Widodo pada pilpres lalu.

“Jadi kita bisa lihat pertarungan dua capres kuat,” ujarnya.

Selain itu, keduanya juga tidak boleh mengesampingkan nama Prabowo Subianto. Mengingat elektabilitas Menteri Pertahanan tersebut cukup kuat di Banten dengan 28,5 persen, menempati urutan kedua.

Bahkan Prabowo mengungguli elektabilitas Ganjar Prabowo di Jakarta dengan 15,7 persen berbanding 7,5 persen.

Sedangkan untuk wilayah Jawa Barat, elektabilitas Prabowo membayangi Anies dengan suara 30,8 persen, terpaut dari Ganjar 18,7 persen.

Begitupun di Jawa Timur, Prabowo membayangi Ganjar dengan suara 25,5 persen, mengalahkan Anies dengan suara 19,6 persen.

Melihat fenomena ini, bisa dinilai kemungkinan Prabowo untuk kembali bertarung tetaplah ada. Meski bukan kemungkinan yang mutlak.

“Artinya Pak Prabowo tidak bisa kita bilang tidak punya peluang,” ujarnya.

Terakhir Yuda menegaskan bahwa pulau Jawa adalah kunci Capres 2024 nanti. Apabila tinggi di pulau Jawa, kemungkinan memenangkan Pemilu itu ada. Hal ini disebabkan karena 60 persen pemilih nasional berada di Pulau Jawa.

“Jawa adalah kunci, berarti semua punya potensi untuk memenangkan di 2024,” tuturnya.

(PAM/MIC)