Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pemimpin Parlemen UE Menuduh Kekuatan Asing Coba Rusak Demokrasi Eropa Karena Klaim Suap Qatar Kian Melebar

Salah satu anggota parlemen UE, MEP Yunani Eva Kaili. (Sumber: AFP)

ANDALPOST.COM – Pemimpin Parlemen UE (Uni Eropa) menuduh kekuatan asing mencoba merusak demokrasi Eropa karena dugaan penyelidikan kasus suap dari tuan rumah Piala Dunia Qatar kian melebar. Informasi ini diberika pada Senin (12/12/2022).

Diketahui bahwa penggrebekan telah terjadi di kantor-kantor markas parlemen Brussle yang berusaha menyita data komputer untuk melacak dugaan jaringan korupsi tersebut.

Salah satu wakil presiden parlemen Member of European Parliament (MEP), Yunani Eva Kaili, menjadi terdakwa dalam kasus organisasi kriminal, korupsi dan pencucian uang.

Menanggapi banyaknya kasus tersebut, Presiden Parlemen Malta konservatif, Roberta Metsola, berjanji kepada para anggota yang pada Senin lalu bertemu di Strasbourg bahwa integritas badan parlemen akan dipulihkan.

“Jangan salah,” kata Metsola, “parlemen Eropa, rekan-rekan terkasih, sedang diserang. Demokrasi Eropa sedang diserang dan masyarakat kita yang bebas dan demokratis sedang diserang,” ujarnya.

Para pemimpin blok politik yang hadir dalam pertemuan tersebut pun menyetujui apa yang diungkapkan olehnya.

“Kami tidak akan membiarkan pekerjaan kami dinodai, kami tidak akan membiarkan parlemen kami atau Eropa kami dinodai,” janji Stephane Sejourne dari kelompok liberal Renew.

Manon Aubry dari kelompok sayap kiri Gauche unitaire européenne (GUE) menjuluki kasus tersebut sebagai hal paling serius dalam sejarah parlemen.

“Demokrasi kita tidak untuk dijual,” terang Aubry.

Usai merebaknya kasus suap Qatar, penggrebekan juga telah dilakukan di rumah anggota parlemen dan rekan mereka di Belgia. Dari penggebrekan tersebut, telah ditemukan uang sekitar Rp16 miliar.

Jaksa Belgia mengatakan bahwa uang tersebut ditemukan di rumah salah satu tersangka. Selain itu, ditemukan juga uang sebesar Rp2 miliar dan beberapa ratus ribu uang euro di dalam koper yang berada di kamar hotel.

Memicu Kemarahan

Monarki Qatar yang saat ini menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 membantah terlibat dalam kasus suap tersebut.

“Setiap klaim pelanggaran oleh Negara Qatar sangat salah informasi,” kata seorang pejabat Qatar.

Buntut dari tuduhan itu, Wakil Presiden Parlemen Eropa, Eva Kaili, ditahan dan akan menghadapi sidang pada Rabu (14/12/2022) guna melihat apakah dia akan tetap ditahan atau tidak. Hal ini juga sembari menunggu persidangan kasus korupsinya.

Berdasarkan hal tersebut, para pemimpin kelompok parlemen memutuskan untuk bertemu pada hari ini Selasa (13/12/2022) untuk mempersiapkan pemungutan suara. Hal ini guna mencopot Kaili dari jabatan tersebut secara resmi.

Anggota Parlemen Eropa biasanya memiliki kekebalan dari penuntutan, tetapi penyelidik Belgia mengatakan bahwa kali ini tidak demikian karena tersangka ditangkap dengan bukti nyata.

Kaili mengunjungi Qatar tepat menjelang Piala Dunia dan memuji negara itu sebagai “pelopor dalam hak-hak buruh”.

Tak hanya mendekam di balik jeruji besi, pihak berwenang juga membekukan aset mantan presenter televisi tersebut. Sedangkan, di parlemen sendiri juga tengah melakukan penyelidikan internal andal terkait kasus Kaili.

Parlemen juga menyatakan bahwa mereka akan terus bekerja sama dan mendukung penyelidikan otoritas Belgia atas kasus suap Qatar yang kian melebar.

Di sisi lain, Roberta Metsola selaku Presiden Parlemen Eropa secara langsung menghadiri penggeledahan polisi di rumah seorang MEP Belgia pada Sabtu (10/12/2022).

Kala itu, Metsola mengatakan bahwa dirinya akan memilih kata-kata yang tepat untuk menghindari kemarahan atau kesalahan saat penyelidikan polisi.

“Jadi, jika kemarahan dan kesedihan saya tidak terlihat, yakinlah saya berusaha kuat untuk menahan emosi itu,” terang Metsola.

“Aktor jahat yang berada di balik kasus ini diduga mempersenjatai LSM, serikat pekerja, individu, asisten, dan anggota Parlemen Eropa dalam upaya menumbangkan proses kami,” imbuhnya.

Polemik di tengah parlemen UE tersebut juga menyebabkan tiga anggotanya telah mengundurkan diri dari posisi komite.

(SPM/MIC)