Sesampai di sana, Li mengatakan suhu putrinya “turun tajam”, hingga akhirnya meninggal dunia.
“Ketika saya mendengar, berita itu seperti sambaran petir dan saya tidak bisa mengatasinya,” tulis Li di jejaring sosial China, Sina Weibo.
Diketahui, dia dan istrinya saat ini sedang diisolasi di Rumah Sakit Dengfeng, dan tubuh putri mereka masih berada di kamar mayat.
Alhasil, Komisi Kesehatan Kota Zhengzhou, mengatakan tengah menyelidiki kasus tersebut.
Tanggapan Netizen di Media Sosial China
Diduga, puluhan juta orang telah membaca cerita Li, dengan lebih dari 9.000 pengguna menanggapi laporan asli oleh China News Weekly.
Namun, tidak tersedia untuk dilihat kembali, karena telah di-sensor dan komentar juga telah dihapus dari postingan Li di Weibo.
Dengan itu, pengguna telah berkomentar di jejaring sosial lainnya. Beberapa dari mereka mengkritik pemerintah China dalam memerangi virus COVID-19.
“Saya tidak menentang pencegahan epidemi, tetapi kita harus menjaga kelompok kunci,” kata seseorang.
“Berapa banyak kematian yang terjadi karena perawatan kesehatan yang tertunda?” seseorang bertanya. “Apakah kelompok rentan dilindungi?,” tanya seseorang.
“Aku patah hati dan marah,” kata yang lain. “Tapi ada begitu banyak cerita seperti ini,” lanjutnya.
“Bukan virus yang membunuh orang, tetapi tindakan pencegahan epidemi yang berlebihan,” tambah yang lain.
Kasus-kasus Dampak Kebijakan Nol-COVID
Dilaporkan, jumlah kematian resmi China akibat COVID-19 tercatat 5.226, angka yang tidak berubah sejak Mei lalu.
Namun, ada kasus berulang mengenai perawatan darurat yang tertunda untuk orang sakit parah di area karantina COVID-19.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.