Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Soal Digital Minimalism, Begini Menurut Marissa Anita

Marissa Anita berbicara soal Digital Minimalisme (Sumber: Twitter)

ANDALPOST.COM – Deras informasi di dunia sosial media membuat segelintir orang merasa hidup terasa cepat sekali. Digital minimalism menawarkan rehat sejenak agar orang dapat menikmati hidup yang tidak berkutat pada teknologi saja.

Bagi Andalpeeps, tahukah kalian bahwa sebagai pengguna alat teknologi, manusia perlu menghentikan sejenak pikirannya dari segala terjadi di dunia maya?

Marissa Anita, seorang aktris, jurnalis, MC dan moderator dalam pembicaraan publiknya, sering sekali mengulas pemberdayaan diri ala milenial. Terutama soal kecanggihan teknologi yang merebak pada setiap generasi.

Pada kanal YouTube Greatmind, Marissa Anita membahas tentang “Digital Minimalist” untuk para kaum milenial yang doyan menghabiskan waktunya di dunia maya. 

Apa itu Digital Minimalism?

Digital Minimalism adalah filosofi penggunaan teknologi dimana seseorang memusatkan waktu onlinenya hanya pada segelintir aktifitasnya yang ia telah pilih dengan cermat dan membawa manfaat optimal bagi dirinya.

Dalam video pembahasan tersebut, Marissa mengulas pandangannya berdasarkan sebuah buku berjudul Digital Minimalism. Buku tersebut adalah karya dari Cal Newport yang merupakan seorang profesor di bidang ilmu komputer di Universitas Georgetown Washington DC, Amerika Serikat.

Dalam penjelasannya, Marissa Anita berbagi pengalamannya setelah ia melakukan pengelolaan penggunaan teknologi pada kehidupan sehari-harinya.

“Saya melakukan Digital Minimalism karena saya ingin memiliki kualitas hidup yang baik dengan mengembalikan kemampuan konsentrasi dan atensi apa yang penting dalam kehidupan,” ujar Marissa.

Marissa Anita menggambarkan Digital Minimalism seperti pengguna minimalis barang-brang pada rumah.

Menurutnya, cara berpikir minimalis dapat membuat diri seseorang memiliki kemampuan berpikir untuk memilih dengan bijak mana yang harus diperlukan. Terutama berkaitan dengan kebutuhan hidup.

“Prinsip yang sama saya terapkan pada aplikasi di ponsel saya. Kemudian saya bertanya pada diri saya, apakah aplikasi di ponsel saya berguna bagi kehidupan saya atau tidak,” kata Marissa.

“Jika tidak berguna, saya hapus aplikasinya. Namun, jika ada manfaat besar di dalam aplikasi itu, saya gunakan. Seperti untuk pekerjaan, untuk bisnis,” sambungnya.

Marissa juga menjelaskan bahwa ia tetap memiliki sosial media dalam aktifitasnya, seperti Twitter yang dipergunakan untuk berbagi apa yang ia kerjakan.

Ia mengaku bahwa ia juga senang untuk berbagi film yang ia tonton. Hal ini guna memberikan ruang baginya untuk memberi rekomendasi kepada pengguna sosial media lain.

Pada twitternya @MarissaAnita, ia menyematkan tweet yang menuliskan bahwa dirinya memproyeksikan media sosial sebagai image yang dibangun oleh pengguna.

Marissa Shares : Yah memang… Sosial Media itu mempermudah kita berpura-pura. Menjadi apa yang bukan kita. Atau ingin dilihat seperti apa. Membuat apa yang sebenarnya tidak ada, menjadi terkesan ada,” tulisnya dalam akun twitternya.

Respon Warganet

Tulisan tweetnya tersebut kemudian direspon positif oleh para pengguna twitter yang menyetujui apa yang ia tuliskan tersebut.

Sosmed tempatku menghalu. Menghalu apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh diriku dan berharap itu bisa terwujud,” tulis @udahcapekbgtaii menanggapi tulisan Marissa.

Selain itu, salah satu akun bernama @Z_Nome juga mengomentari isi tulisan Marissa.

“Sosmed adalah kulmimasi budaya instan. Mudah untuk mennghakimi denga popularitas instan sedang ia bersembunyi dibalik kehidupan atau akun palsu,” tulisnya.

Melanjutkan kontennya, Marissa juga memberi alasan mengapa pada ia begitu protektif terhadap atensinya.

Ia menyebutkan bahwa hal tersebut dilakukan olehnya agar apa yang ia lihat maupun dengar di sosial media tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan, cara pandang dan kualitas hidupnya.

Yang menarik pada bio kanal Greatmind adalah mereka mengutip dari sejarahwan bernama Yuval Noah Harari tentang dunia maya.

“Di dunia yang banjir informasi tidak relevan, kejernihan berpikir adalah kekuatan,” tulis mereka mengutip kata-kata Yuval.

(IAP/MIC)