Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Tentara serta Milisi Sudan Setujui Genjatan Senjata 7 Hari

Tentara serta Milisi Sudan Setujui Genjatan Senjata 7 Hari
Asap mengepul di Omdurman, dekat Jembatan Halfaya, saat bentrokan antara Pasukan Dukungan Cepat Paramiliter dan tentara terlihat dari Khartoum Utara, Sudan 15 April 2023. (Foto: REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah)

ANDALPOST.COM – Pihak yang bertikai di Sudan akhirnya menyetujui gencatan senjata selama tujuh hari usai pembicaraan di kota Jeddah, Arab Saudi, Minggu (21/5/2023).

Kesepakatan itu tercapai setelah konflik berkepanjangan yang menelan ratusan korban serta membuat lebih dari satu juta orang mengungsi.

Perjanjian gencatan senjata ditanda tangani pada Sabtu (20/5/2023) malam.

Sehingga, kesepakatan tersebut berlaku 48 jam kemudian, pada pukul 21:45 waktu setempat (19:45 GMT) pada hari Senin (22/5/2023). Menurut sponsor pembicaraan, Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi, dalam pernyataan bersama mereka.

Banyak perjanjian gencatan senjata sebelumnya dilanggar. Namun, perjanjian ini akan ditegakkan oleh mekanisme pemantauan yang didukung AS-Arab Saudi dan internasional, berdasarkan pernyataan tersebut.

Kekacauan

Perjanjian tersebut juga menyangkut pendistribusian bantuan kemanusiaan, memulihkan layanan penting dan menarik pasukan dari rumah sakit dan fasilitas umum yang penting.

Tentara serta Milisi Sudan Setujui Genjatan Senjata 7 Hari
Ilustrasi kekacauan di Sudan antara para pihak yang bertikai. (Foto: REUTERS)

“Sudah lewat waktu untuk membungkam senjata dan mengizinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan. Saya memohon kedua belah pihak untuk menjunjung tinggi kesepakatan ini, mata dunia sedang mengawasi,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Pertempuran antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah menjerumuskan negara ke dalam kekacauan.

Cadangan makanan, uang tunai, dan kebutuhan pokok menyusut dengan cepat.

Selain itu, penjarahan massal telah melanda bank, kedutaan, gudang bantuan, dan bahkan gereja.

Juru bicara Forces for Freedom of Change-Central Command (FFC-CC) mengatakan sebelum penanda tanganan gencatan senjata. Diharapkan dapat memfasilitasi distribusi bantuan kemanusiaan dan memungkinkan perbaikan layanan kesehatan, air dan listrik di daerah yang terkena dampak konflik.

FFC-CC adalah blok partai politik yang berbagi kekuasaan dengan tentara dalam pemerintahan transisi sebelum kudeta militer negara itu tahun 2021. 

Kelompok sipil mengkritiknya karena memberikan sedikit dukungan kepada mereka selama konflik berlangsung.

Apakah Gencatan Senjata itu Bertahan?

Dilansir oleh Hiba Morgan dari Al Jazeera menyebut perjanjian itu akan membekukan konflik serta pihak yang bertikai diizinkan untuk mempertahankan posisi mereka saat ini.

“Pasukan Pendukung Cepat akan menguasai istana kepresidenan dan tentara menguasai markasnya, Komando Umum Angkatan Bersenjata. Untuk bandara, RSF lebih menguasai fasilitas di sana, jadi mereka pertahankan,”  terang Morgan.

Namun orang-orang Sudan yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan justru sangat skeptis terhadap perjanjian tersebut.

“Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak yakin apakah gencatan senjata ini akan bertahan. Mereka telah melihat bagaimana gencatan senjata sebelumnya dimainkan. Mereka mengatakan bahwa sampai Selasa (23/5/2023) atau Rabu (24/5/2023), kapan dan jika mereka tidak mendengar suara artileri di lingkungan mereka. Dan kapan dan jika mereka melihat bantuan kemanusiaan, maka mereka akan tahu jika ada gencatan senjata yang sebenarnya,” bebernya.

Gencatan senjata terjadi ketika penduduk di Omdurman dan Khartoum Utara, dua kota yang terletak di seberang Sungai Nil dari Khartoum, melaporkan gencarnya serangan udara.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.