ANDALPOST.COM — Media sosial berkali-kali jadi sasaran tuduhan dari kebocoran data publik. Tidak jarang bahkan, negara-negara besar ikut mengkhawatirkan data tersebut digunakan untuk kasus mata-mata negara lain.
Seperti yang terjadi antara TikTok dan juga China. Pada Selasa (5/9/2023), TikTok sebagai salah satu media sosial yang beberapa tahun terakhir sedang naik daun dikabarkan membuka pusat data pertamanya di Eropa. Dalam rangka mengurangi kekhawatiran atas pengawasan China.
Perusahaan tersebut mengatakan, data pengguna di Eropa kini bermigrasi ke server di Dublin. Sebagai bagian dari respons berkelanjutan mereka terhadap masalah privasi data seputar tautan aplikasi berbagi video tersebut ke China.
Aplikasi yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan asal China, Byte Dance mengatakan pihaknya tidak pernah memberikan data ke Beijing.
Para kritikus media sosial khawatir, bahwa negara Tiongkok dapat meminta akses kapan saja terkait data pengguna yang selama ini disimpan oleh aplikasi tersebut.
Raksasa media sosial yang berbasis video ini telah mengizinkan perusahaan keamanan Eropa mengakses audit keamanan siber dan kontrol perlindungan data.
Di awal tahun ini TikTok menghadapi sejumlah pembatasan pemerintah atas penggunaannya atas dasar keamanan siber dan privasi.
Sejumlah negara dan juga organisasi bahkan telah melarang penggunaan aplikasi ini. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah Inggris, Parlemen Eropa, Komisi Eropa, dan Dewan Uni Eropa.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.