Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Virus Marburg Bocor di Laboratorium, Ancaman Pandemi Baru

Ilustrasi Virus Marburg. (The Andal Post/Eeza Putri)

ANDALPOST.COM – Baru-baru ini, seluruh negara sedang dibikin khawatir dengan menyebarnya virus Marburg yang keluar dari Guinea Khatulistiwa, Afrika Barat. 

Organisasi Internasional yang bergerak dalam bidang kesehatan World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa virus Marburg sudah ada sejak tahun 1967. 

Virus Marburg dapat dikatakan sebagai virus yang berbahaya, karena virus ini merupakan salah satu famili dengan virus Ebola yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah.

Kelelawar Sebagai Perantara 

Virus ini biasanya akan melibatkan kelelawar sebagai perantaranya. 

Saat ini pemerintah Tanzania telah mengumumkan bahwa virus Marburg telah dikonfirmasi sudah menyebar dan menyebabkan 8 kasus dengan 5 kematian. Gejala – gejala yang ditimbulkan oleh virus ini sangatlah mematikan.

Para penderita akan mengalami demam tinggi, sakit kepala parah, malaise parah, nyeri otot, diare, pendaharan hingga gagal ginjal. 

WHO yang kini bekerja sama dengan Pemerintah Tanzania menemukan bahwa saat ini mereka telah menemukan sekitar 161 orang yang berpotensi akan terinfeksi.

Mereka menyatakan bahwa kemungkinan tersebarnya virus ini dikarenakan oleh virus yang ada di dalam kelelawar Rousettus aegyptiacus. Kemudian berpindah ke hewan percobaan laboratorium yaitu monyet hijau Afrika dan adanya kebocoran di laboratorium Marburg.   

“Upaya otoritas kesehatan Tanzania untuk menetapkan penyebab penyakit ini. Merupakan indikasi yang jelas dari tekad untuk menanggapi wabah secara efektif.” ujar Matshidiso Moeti selaku direktur regional WHO untuk Afrika. 

“Kami bekerja sama dengan pemerintah untuk secara cepat meningkatkan langkah – langkah pengendalian. Untuk menghentikan penyebaran virus dan mengakhiri wabah secepat mungkin.” tambahnya. 

“Dikaitkan dengan pekerjaan laboratorium yang menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus Aethiops) yang diimpor dari Uganda.” ucap WHO. 

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.