ANDALPOST.COM – Jolosutro merupakan bukit yang terdapat makam keramat milik murid Sunan Kalijaga, yakni Sunan Geseng. Jolosutro saat ini menjadi nama dusun pada Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Jalan menuju makam Sunan Geseng diketahui cukup terjal, dan area pemakamannya ada di daerah karst.
Nama kecil Sunan Geseng adalah Ki Cokrojoyo yang memiliki ayah bernama Ki Ageng Kotesan. Menurut informasi yang diketahui, Sunan Geseng masih termasuk ke dalam keturunan Prabu Brawijaya.
Ki Cokrojoyo lahir dan bermukim di Desa Loano, yang saat ini menjadi sebuah nama kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Sejak kecil, Ki Cokrojoyo kerap menyendiri dan tampak berbeda dengan saudara-saudaranya. Ia disebut memiliki sifat tekun dan bekerja keras yang menjadikannya berkarakter hingga dewasa.
Setelah menikah dengan Nyai Bagelen, Ki Cokrojoyo mulai bekerja mencari nafkah untuk keluarganya sebagai pengambil air enau atau aren yang cukup jauh dari rumahnya.
Biasanya, setelah airnya diambil, ia bersama istrinya akan membuat gula aren. Kemudian hasil produksinya akan dijual ke pasar di waktu pagi hari.
Meski pekerjaaannya berat, Ki Cokrojoyo bersama istrinya menjalaninya dengan sabar dan tekun, tanpa mengeluh dengan sedikitnya penghasilan diperoleh.
Bagi Ki Cokrojoyo dan istrinya, kebahagian bukan terletak pada tumpukan harta yang berlimpah, namun, tentramnya hati yang menjadikan kebahagian sejati.
Perjalanan Ki Cokrojoyo Menuntut Ilmu
Suatu ketika, Ki Cokrojoyo dilanda kegundahan dan hatinya merasa membutuhkan seorang guru yang dapat membimbingnya. Ki Cokrojoyo duduk termenung dengan degup di dalam dadanya, semakin menjadi seakan memiliki firasat yang belum bertemu jawabannya.
Ki Cokrojoyo kemudian memutuskan untuk berkelana guna menenangkan hatinya. Kemudian, ia memanjat pohon enau dan duduk termenung di atasnya.
“Klonthang klanthung wong nderes buntute bumbung,” gumamnya.
Usai bergumam, Ki Cokrojoyo terobati hati gundahnya dengan mendapatkan hasil dari mengambil air nira di pohon enau. Hal ini terjadi karena air yang didapat ternyata tak seperti biasanya. Ia bahkan sampai merasa heran mendapatkan hasil begitu banyak.
Saat Ki Cokrojoyo turun dari atas pohon, terdengar suara yang menyapa Ki Cokrojoyo.
“He, Cah Bagus, setiap hari kerjamu hanya naik turun pohon enau dengan berekor bumbung,” kata suara itu.
Ki Cokrojoyo yang mendengar suara itu kaget karena tak seorangpun berlalu lalang di dekat pohon tersebut.
Bertemu Sunan Kalijaga
Tampak dari kejauhan, Ki Cokrojoyo melihat seorang kyai yang menghampirinya yang ternyata adalah Sunan Kalijaga. Kemudian, Ki Cokrojoyo segera mengulurkan tangannya untuk salaman dan mencium tanganya.
Diketahui saat itu Sunan Kalijaga mendengar gumamnya Ki Cokrojoyo yang berasal dari mantra leluhurnya, dan ia memberi isyarat bahwa ada mantra lebih mujarab daripada mantra leluhurnya.
Dengan rasa senang dan terkejut, Ki Cokrojoyo mengajak Sunan Kalijaga untuk pergi ke rumahnya untuk merasakan gula aren buatannya bersama istri.
Sesampainya di rumah, Sunan Kalijaga kemudian diketahui juga ikut membuat gula aren bersama Ki Cokrojoyo. Namun, ada satu gula aren buatan Sunan Kalijaga yang masih belum dikeluarkan dari tempatnya.
Ia berkata kepada Ki Cokrojoyo untuk tidak membukanya terlebih dahulu sampai Sunan Kalijaga pergi dari desa tersebut.
Setelah Sunan Kalijaga pergi, Ki Cokrojoyo bersama istrinya kemudian membuka gula aren hasil buatan Sang Sunan. Ternyata di dalam tempat hasil gula aren itu terdapat emas yang nilainya cukup tinggi.
Melihat hal tersebut, Ki Cokrojoyo dan istri terenyuh karena mendapatkan emas yang selama hidupnya belum pernah dimiliki.
Selepas itu, Ki Cokrojoyo mencari Sunan Kalijaga untuk mengucapkan rasa terimakasihnya dan mengaku ingin menjadi muridnya. Ki Cokrojoyo bertemu Sunan Kalijaga di tengah hutan, dan saat itu ia memberikan nasehat ilmu dan memberikan dzikir “Ya Hayyu Ya Qoyyum”.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.