Kenali Pola Asuh Helicopter Parent dan Cara Menghindarinya

Ilustrasi Tangan Orang Tua yang Mengendalikan Gerak Anak (Sumber: The Boston Globe)

ANDALPOST.COM – Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun, Andalpeeps tahu tidak sih kalau sebagai orang tua kadang serba salah?

Hal tersebut terjadi ketika orangtua mengusahakan yang terbaik untuk anaknya, namun di sisi lain anak juga memiliki cara sendiri untuk menjalani hidupnya dengan versi terbaik menurutnya. 

Orang tua pasti selalu ingin tahu semua yang dialami dan dirasakan anaknya. Tetapi terkadang ada hal-hal yang tidak bisa diceritakan anak ke orang tuanya.

Kebanyakan orang tua akan membatasi atau bahkan melarang anak-anaknya untuk melakukan hal-hal yang menurutnya membahayakan. Namun berbeda dengan orang tua, sebagai anak pasti memiliki rasa ingin tahu yang besar dan menyukai tantangan.

Perbedaan pola pikir inilah yang menyebabkan ketidakdekatan anak dengan orang tuanya.

Namun dalam beberapa kasus terdapat anak yang nyaman dan tidak bisa hidup tanpa arahan dan bantuan orang tuanya,  karena kebiasaan sedari kecil mereka selalu mengandalkan orang tuanya .

Begitu juga dengan orang tuanya yang membiasakan untuk terus menyetir dan mengendalikan kegiatan anak.

Hal ini disebut helicopter parenting, di mana orang tua terlalu fokus kepada anak, dan tidak membiarkan anak untuk menyelesaikan urusannya sendiri.

Contohnya seperti seorang anak yang sudah berkuliah, orang tuanya terus memastikan bahwa anaknya mengikuti organisasi yang tepat, memiliki teman yang sesuai hingga memastikan anaknya mendapat dosen pengajar yang sesuai juga.

Cara ia memastikannya juga tidak hanya dengan memantau dari kejauhan tetapi ikut terjun menghubungi teman-temannya dan menghubungi dosennya apabila anaknya mendapat nilai yang buruk. 

Kenapa ada orang tua yang rela melakukan hal-hal tersebut?

Melansiri parents.com, orang tua memiliki banyak alasan untuk menjadi helicopter parents, beberapa diantaranya adalah karena mereka tidak rela anaknya mengalami kesulitan ataupun penolakan.

Dalam hidup fase susah dan gagal pasti akan datang, helicopter parents tidak bisa membiarkan anaknya mengalami hal itu.

Padahal kegagalan dan penolakan merupakan fase pembelajaran untuk hidup yang lebih baik. 

Seorang helicopter parents mungkin juga merasa kurang dalam memberikan perhatian kepada anak di masa-masa sebelumnya.

Namun ia tidak menyadari bahwa terlalu ikut campur urusan anak bukanlah sesuatu yang baik.

Dampaknya, anak dengan pola asuh helicopter parent akan memiliki rasa percaya diri yang kurang, karena ia akan merasa tidak dipercaya oleh orang tuanya untuk melakukan hal-hal di luar.

Selain itu, anak juga akan sulit mengontrol emosi karena ia jarang merasakan kegagalan dan penolakan. Saat ia menghadapi perasaan tersebut ia tidak mampu mengontrol perasaannya.

Ilustrasi Anak Bergantung pada Orang t Tua (Sumber: Develobing Minds)

Untuk menghindari hal-hal buruk di atas, ada beberapa cara untuk menghindari menjadi orang tua dengan pola asuh helicopter parent dengan melansir dari empoweringparent.com:

  1. Biarkan Anak Melakukannya Sendiri

Agar anak menjadi mandiri jangan membantunya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sudah bisa ia lakukan sendiri.

Seperti jangan mengikatkan tali sepatau anak yang sudah duduk di bangku TK, biarkan ia belajar mengurus dirinya sendiri.

Kecuali jika anak masih kecil dan belum mampu mengingat cara menali sepatu.

Begitu juga dengan anak yang sudah remaja, biarkan  ia bertanggung jawab atas kewajibannya sendiri.

  1. Jangan Mengkhawatirkannya

Buang jauh-jauh ketakutan atas kegagalan anak. Percayalah bahwa anak memiliki cara untuk melewati semua tantangannya.

Apabila dia gagal cukup kuatkan dan motivasi dia untuk bangkit kembali. Ini akan membentuk mental anak yang tangguh dan berani mencoba hal-hal baru.

  1. Jangan Terlalu Fokus pada Anak

Jangan berusaha memenuhi semua kebutuhan anak.

Jika orang tua terus memenuhi apa yang diinginkan anak, maka anak akan malas belajar memenuhi keinginannya sendiri. Jadi biarkan anak mencari fungsi dirinya di dunia ini. (IMA/FAU)