Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

5 Tradisi Imlek yang Sudah Dilupakan di Era Modern

Pada tradisi Imlek kuno membersihkan lantai saat hari Imlek bisa tunda keberuntungan dan kekayaan. (Design by @jauhras)

ANDALPOST.COM – Tahun Baru Imlek banyak dirayakan sukacita oleh masyarakat Tionghoa di berbagai belahan dunia. Tradisi Imlek seperti memberi amplop dengan ‘uang keberuntungan’ masih banyak dijumpai di era modern sekarang. 

Perayaan Imlek diamati oleh banyak budaya di seluruh dunia, sebagai Festival Musim Semi. Tahun Baru Imlek 2023 jatuh pada tanggal 22 Januari tahun ini. Peristiwa tersebut menandai awal tahun berdasarkan siklus matahari dan bulan, dan kembalinya musim semi setelah musim dingin. 

Hal ini sangat penting bagi para petani di Tiongkok kuno, yang mengandalkan prediksi cuaca untuk memaksimalkan panen mereka dan mengamankan mata pencaharian mereka di bulan-bulan mendatang.

Sementara itu banyak orang di seluruh dunia merayakan Tahun Baru Imlek dengan berbagai tradisinya.

Memberi lai see amplop kertas berisi “uang keberuntungan” dan mengemil biji melon untuk mewakili panen yang melimpah menjadi tradisi yang masih dipertahankan. 

Namun tahukah Andalpeeps ada kebiasaan atau tradisi dari orang Tionghoa lain yang sebagian besar telah ditinggalkan pada zaman modern ini?

Dilansir dari South China Morning Post, ada 5 kebiasaan rakyat Tionghoa yang sebagian besar telah ditinggalkan. Berikut daftarnya.

Menyambut Dewa Dapur dan Buatnya Senang

Legenda Cina mengatakan bahwa Dewa Dapur, atau Dewa Kompor, mengunjungi setiap rumah tangga selama bulan ke-12 tahun lunar. Kisah tersebut hampir mirip dengan cerita Sinterklas di budaya natal.

Dewa itu akan melaporkan kembali ke Kaisar Giok di langit tentang apa yang telah dilakukan setiap orang di sepanjang tahun kemarin.

Dalam kepercayaan Tionghoa dewa dapur akan hadir saat perayaan Tahun Baru Imlek. (Sumber: Getty Images)

Banyak keluarga Tionghoa yang mempercayai kisah tersebut sehingga mereka akan memberikan makanan manis seperti kue gula, panekuk goreng, dan sup buncis. Itu diberikan sebelum Malam Tahun Baru sebagai persembahan kepada dewa dapur. 

Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat Tionghoa pada zaman dahulu dengan harapan akan mengatakan hal-hal manis tentang mereka selama penilaian mereka.

Tidak seperti Sinterklas, yang tidak dikenal memberikan hadiah bukan semata-mata untuk ‘suap’, orang-orang Cina akan menyambut Dewa Dapur kembali ke kompor mereka dengan membakar dupa dan uang kertas joss.

Tradisi tersebut sudah jarang terlihat saat ini. Lantaran di era modern sekarang, banyak keluarga Cina telah pindah ke rumah modern yang tidak memiliki tungku memasak tradisional.

Membuka Tahun dengan Pesta Petasan

Petasan simbol Imlek untuk menyakiti Nian Shou. (Sumber: Getty Images)

Salah satu cerita rakyat Tiongkok yang terkenal menceritakan sebuah kisah Nian Shou atau homonin untuk “tahun” dalam bahasa Mandarin. Itu adalah seekor binatang mitos yang biasa mengamuk di desa setiap tahun, menghancurkan rumah dan melahap penduduk desa. 

Penduduk desa menemukan bahwa Nian takut dengan suara keras, sehingga mereka menuangkan bubuk mesiu ke dalam batang bambu kering dan melemparkannya ke dalam api. Kebisingan yang dihasilkan saat mereka meledak akan membuatnya takut.

Belakangan ini, petasan masih digunakan oleh orang Cina untuk mengusir roh jahat. Serangkaian petasan kecil dinyalakan pada tengah malam untuk melambangkan dering tahun lama, lalu tiga petasan besar dinyalakan untuk menyambut tahun baru. 

Semakin keras suara petasan, diyakini oleh orang Cina semakin baik kemakmuran selama 12 bulan ke depan. Namun kini penggunaan kembang api untuk kepentingan pribadi, termasuk petasan, telah dilarang.

Larangan menyalakan petasan sendiri telah dilarang di Hong Kong sejak 1960-an karena alasan keamanan. Hal yang sama berlaku untuk banyak kota besar di Cina.

Menunda Kebersihan Pribadi dengan Tidak Keramas Dua Hari

Tradisi Imlek kuno melarang keramas pada dua hari pertama Imlek. (Sumber: iStock)

Menurut legenda Cina, dua hari pertama Tahun Baru Imlek juga merupakan hari kelahiran Dewa Air. Kisah tersebut menyebutkan bahwa Dewa Air tersinggung saat orang mencuci rambut dan pakaiannya dengan air. 

Ada juga kepercayaan lain yang menyebutkan kata ‘rambut’ dalam bahasa Mandarin dan Kanton terdengar seperti ‘makmur’. Dengan demikian mencuci rambut berarti menghilangkan kemakmuran untuk tahun yang akan datang.

Akibatnya, banyak orang Cina dahulu menghindari mencuci rambut selama dua hari. Namun saat ini, tradisi tersebut sebagian besar diabaikan.

Terutama di daerah subtropis di dunia seperti Hong Kong, yang udaranya sering lembab dan lembap. Hal itu juga dipengaruhi oleh pandangan akan kebersihan lebih utama pada era modern sekarang.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.