Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Prabowo Memimpin Kuat dalam Jajak Pendapat, Potensi Putaran Kedua Mengintai

Prabowo Subianto

ANDALPOST.COM — Dalam kontestasi pemilihan presiden Indonesia yang akan datang, Prabowo Subianto muncul sebagai kandidat dengan dukungan terkuat sesuai hasil survei terakhir. Meskipun mendapat dukungan luas, Prabowo, yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan merupakan komandan pasukan khusus sebelumnya, belum mencapai ambang batas lebih dari 50% suara yang diperlukan untuk menang dalam satu putaran pemilihan.

Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia menunjukkan Prabowo memperoleh dukungan sebesar 45.8% dari 1,200 responden, sementara Anies Baswedan, Mantan Gubernur Jakarta, memperoleh 25.5% dan menduduki posisi kedua. Di peringkat ketiga ada Ganjar Pranowo dari partai penguasa dengan dukungan 23%, dan sisanya 5.8% masih belum memutuskan.

Prabowo telah mencalonkan diri untuk ketiga kalinya sebagai presiden setelah kekalahan di pemilihan tahun 2014 dan 2019 di tangan Joko Widodo, atau Jokowi, presiden petahana yang populer dan tidak dapat mencalonkan diri lagi. Strategi Prabowo yang mencolok adalah memilih Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi yang berusia 36 tahun, sebagai pendampingnya, yang kemudian meningkatkan popularitasnya di kalangan pemilih.

Menurut Marcus Mietzner dari Australian National University, Prabowo memiliki peluang besar untuk menang, baik dalam satu atau dua putaran, dengan mengacu pada selisih 20% dari kompetitornya. Ini merupakan pesona yang signifikan bila dibandingkan dengan pemilihan di negara lain.

Anies Baswedan, yang juga seorang akademisi dan mantan Menteri Pendidikan, menunjukkan peningkatan popularitas setelah penampilannya yang meyakinkan dalam debat-debat pemilihan dan juga mendapatkan dukungan di Provinsi Jawa Timur, salah satu area penting dalam kontes pemilihan.

Partisipasi pemilih akan menjadi faktor penting dalam menentukan apakah pemilihan presiden akan berlanjut ke putaran kedua. Peningkatan suara dari pemilih Gen-Z, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 1997, akan sangat berpengaruh, mengingat partisipasi mereka pada pemilihan sebelumnya jauh lebih rendah dari tingkat nasional. Analis Indikator Politik, Kennedy Muslim, menyoroti pentingnya turnout pemilih khususnya generasi muda ini.

Dengan lebih dari 205 juta pemilih yang memenuhi syarat, dan potensi pemilihan kedua pada 26 Juni jika tidak ada kandidat yang mengamankan lebih dari setengah suara, dinamika politik Indonesia tetap menarik untuk diikuti di tengah lanskap demokrasi terbesar ketiga di dunia. (mrs/pol)