Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Penurunan Permintaan, Kondisi Ekonomi Manufaktur Terbesar di Dunia Kian Meredup 

Penurunan Permintaan, Kondisi Ekonomi Manufaktur Terbesar di Dunia Kian Meredup
Pabrik manufaktur di China (Sumber: Alinea)

ANDALPOST.COM – Persaingan para produsen atau manufaktur di seluruh dunia meningkat akibat adanya penurunan angka permintaan, karena prospek ekonomi untuk industri ini kian meredup.

Hasil survei bisnis baru-baru ini dikeluarkan oleh perusahaan data S&P Global. Hasil menunjukkan mengenai perkembangan bisnis pada industri manufaktur di masa ini.

Setidaknya, pabrik-pabrik di Amerika Serikat dan seluruh negara zona euro melaporkan adanya penurunan pesanan baru. Yakni, untuk barang-barang manufaktur di bulan Mei.

Laporan ini diberikan atas penemuan tiap-tiap perusahaan ketika mereka sedang mengerjakan backlog perusahaan.

Yaitu, pesanan barang atau jasa yang belum ditangani atau dikerjakan.

Tidak jelas sampai kapan backlog tersebut – yang jumlahnya membengkak di awal pandemi, akan dapat menopang industri ini secara global.

Data S&P Global menunjukkan hasil bahwa pada bulan Mei, sektor manufaktur Amerika Serikat telah jatuh menjadi wilayah kontraksi (aktivitas agregat menurun).

Jatuhnya sektor manufaktur AS ini memiliki laju penurunan yang lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya.

Laporan dari S&P Global juga menunjukkan bahwa untuk produsen di zona euro, pesanan baru dan backlog, semuanya turun pada bulan Mei.

Hal tersebut karena sektor ini berkontraksi lebih cepat di bulan itu.

Produksi industri pada negara-negara ini turun tajam di bulan Maret, sebagian besar karena adanya penurunan di Irlandia.

Indikator mengukur hasil kesimpulan adanya penurunan ini didapatkan dari produsen, penambang, dan perusahaan utilitas.

Kondisi Serupa yang Dialami China

Menurut Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Caixin, kondisi bisnis pada industri manufaktur China – yang terbesar di dunia, mengalami perbaikan pada bulan Mei.

Hal ini memberikan rasa lega meskipun hanya sementara, bagi para investor yang khawatir bahwa pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia ini akan terhenti.

Namun, pada data terbaru yang tersedia, terlihat bahwa ekspor dari China alami penurunan sebesar 7,5 persen pada bulan Mei, dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan yang dialami ini merupakan penurunan terbesar sejak Januari.

Sama seperti masalah yang dialami Amerika Serikat dan negara-negara zona euro. Goyahnya angka perdagangan China merupakan cerminan bahwa permintaan akan barang-barang produksi China melemah.

Belum lagi, di China itu sendiri, penurunan angka permintaan ini bukan salah satu faktor penyebab masalah ekonomi negara tersebut, tetapi ada juga peningkatan pada angka pengangguran.

PMI Manufaktur Global JPMorgan menyatakan bahwa optimisme produsen telah turun ke level paling rendah, sejak Desember.

Ariane Curtis selaku Ekonom Global di Capital Economics menjelaskan bahwa adanya perbaikan aktivitas. Yakni, dalam sektor manufaktur, bukan berarti prospek industri tersebut tetap aman.

“Meskipun aktivitas di sektor manufaktur tampaknya agak membaik di bulan Mei, hal itu terutama disebabkan oleh pertumbuhan yang lebih kuat di beberapa pasar negara berkembang besar. Prospek industri tetap suram, dengan pesanan ekspor baru khususnya turun tajam,” jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.