ANDALPOST.COM – Keputusan Twitter untuk melakukan rebranding pada platform yang telah berjaya dalam hampir dua dekade ini, tentu membuat banyak pihak mengernyitkan dahi, Minggu (23/07/2023).
Di balasan pengumuman sang CEO (Elon Musk), tidak sedikit warga Twitter yang menyampaikan kekesalannya.
Para pengamat bisnis juga melihat keputusan rebranding ini merupakan salah satu hal yang mungkin akan membuat bisnis Twitter mengalami kemunduran. Menurut para ahli, perombakan tersebut tentu akan sangat berisiko.
Rebranding perusahaan bukanlah hal baru yang terjadi di dunia bisnis. Selama ini, sejarah dunia bisnis telah mencatat ada banyak merek perusahaan yang terkenal sudah melakukan hal ini lebih dulu.
Pemilik Twitter, Elon Musk, mengumumkan bahwa perusahaan akan berganti nama menjadi “X” dan mengadopsi logo baru untuk menggantikan ikon burung ikoniknya. Musk bahkan menyarankan untuk membakar logo Twitter dari gedung-gedung perusahaan.
Langkah tersebut mengakhiri hiruk pikuk Musk beberapa bulan pertama di pucuk pimpinan Twitter.
Apalagi, ditambah dengan keinginan Twitter untuk membuang fitur-fitur lama, membatasi aktivitas pengguna, dan memaksa pengguna membayar untuk verifikasi.
Rebranding sebenarnya bukanlah menjadi hal mudah untuk perusahaan. Rebranding akan membutuhkan langkah yang hati-hati untuk menghindari pengguna yang bingung.
Namun, jika rebranding ini berhasil, platform yang nantinya akan dinamai “X” tersebut akan berhasil menangkap imajinasi publik dan membangun semangat setelah berbulan-bulan merugi.
Tetapi, tentu untuk mencapai ke titik tersebut dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Di samping itu, dampak serta ancaman yang lebih besar, mengingat kegagalan perusahaan-perusahaan sebelumnya saat melakukan rebranding juga begitu besar.
Perusahaan yang Gagal Melakukan Rebranding
Salah satu perusahaan fashion yang telah mendunia, yaitu GAP sempat mencoba untuk meluncurkan logo barunya. Pada 2010 lalu, GAP menghadapi cobaan penurunan penjualan setelah krisis 2008.
Banyak merek kemudian berjuang dengan kesulitan serupa. Namun, GAP memutuskan bahwa rebranding bisa menjadi solusi untuk masalah mereka. Sayangnya, logo baru tersebut ternyata gagal.
Kesalahan terbesar yang terbukti menjadi paku di peti mati adalah kurangnya pengumuman rebranding yang tepat yang menyertai perubahan logo.
Perusahaan tidak memberi tahu publik mengapa mereka berubah, ke arah mana mereka mengambil atau apa ide besar di balik rebranding itu.
GAP juga tidak mengubah apa pun di tokonya (kecuali logo) atau memperkenalkan lini produksi baru secara bersamaan.
Tidak mengherankan, rebranding merek tersebut mendapat reaksi keras dari publik, serta serangkaian ejekan online yang tak ada habisnya. Akibatnya, merek tersebut memutuskan untuk kembali ke logo aslinya setelah hanya enam hari.
Tidak hanya itu, di kehidupan sehari-hari, mungkin kita sangat lekat dengan kartu debit maupun kredit. Apalagi saat ini sudah memasuki era cashless.
Sadar atau tidak, hampir di setiap ujung kanan kartu debit atau kredit biasanya ada terletak logo mastercard.
Ternyata, logo yang berwarna merah-orange tersebut merupakan logo lama yang kembali dihadirkan usai kegagalan rebranding mastercard di beberapa tahun lalu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.