ANDALPOST.COM – Negara Arab Saudi sudah dikenal masyarakat internasional sebagai negara kaya yang sumber pemasukan terbesarnya berasal dari minyak. Alhasil, negara yang dipimpin Raja Salman ini menjadi salah satu negara yang menguasai pasar minyak di dunia.
Sejak pertama kali dilakukan pengeboran minyak pada tahun 1938, Arab Saudi menggantungkan hidupnya pada produksi minyak. Sejak saat itu pula Arab Saudi dikenal sebagai negara kaya.
Ketergantungan negara-negara di dunia terhadap hasil minyak dari Arab saudi tentu juga mendorong sektor ekonomi milik negara tersebut. Tidak heran, jika negara tersebut menggantungkan pendapatan negara dari minyak yang dihasilkan.
Namun, laporan keuangan milik Arab Saudi pada kuartal kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Arab Saudi merosot. Hal ini dikarenakan, tindakan penurunan harga minyak dan keputusan pemerintah untuk memangkas produksi.
Pendapatan Negara yang Menurun
Produk domestik bruto (PDB) naik 1,1% secara tahunan, menurut data awal yang dirilis oleh Otoritas Umum untuk Statistik Arab Saudi. Kenaikan tersebut dibandingkan dari 3,8% pada kuartal sebelumnya dan 11% setahun sebelumnya, ketika invasi Rusia ke Ukraina mengirim minyak mentah jauh di atas $100 per barel.
PDB minyak berkontraksi 4,2%, menurunkan aliran masuk petrodollar yang dibutuhkan pemerintah untuk mendiversifikasi ekonomi.
Berdasarkan pernyataan Standard Chartered Plc, kondisi ini dapat berlanjut selama sisa tahun 2023. Hal ini dikarenakan Riyadh berupaya untuk menjaga persediaan tetap terkendali untuk menopang harga, dengan Brent sekarang sekitar $85.
Eksportir minyak mentah terbesar dunia telah mengurangi produksinya sejak September, yakni dari memompa 11 juta barel per hari, menjadi 9 juta untuk bulan ini.
“Kontraksi sektor minyak kemungkinan akan semakin dalam pada kuartal ketiga,” kata Carla Slim, ekonom Standard Chartered yang berbasis di Dubai.
Sektor non-minyak, dimana sebagian besar orang Saudi bekerja dan pemerintah menginvestasikan puluhan miliar dolar telah mengalami pertumbuhan sebesar 5,5% antara April dan Juni.
“Melacak tren PDB non-minyak lebih penting untuk menilai rencana pertumbuhan yang lebih luas dan cerita diversifikasi,” kata Mohamed Abu Basha, kepala penelitian ekonomi makro di EFG Hermes . “Pertumbuhan non-minyak tetap sehat”.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.