ANDALPOST.COM — Sulawesi Selatan, Provinsi yang terletak di ujung selatan pulau Sulawesi, saat ini menghadapi tantangan serius akibat kemarau panjang yang berkepanjangan. Fenomena cuaca ini telah menyebabkan dua masalah utama yang mengkhawatirkan, yakni krisis energi dan kekurangan pasokan air.
Kemarau yang berkepanjangan telah mengurangi daya produksi energi listrik di Sulsel, yang sebagian besar bergantung pada pembangkit listrik berbasis air, seperti Bendungan Bili-Bili dan Bendungan Malino.
Kondisi curah hujan yang rendah mengakibatkan penurunan kapasitas pembangkit, mengakibatkan pemadaman listrik yang sering terjadi di berbagai daerah.
Untuk listrik sendiri, Pihak PLN Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) memberlakukan pemadaman bergilir di beberapa kabupaten yang terletak di Sulawesi Selatan hingga Tenggara. PLN pun mencoba untuk membagikan setiap informasinya di instagram resminya yaitu @pln_sulselbar.
Setiap hari, PLN Sulbagsel membagikan informasi terkait jadwal pemadaman melalui Instagram storynya. Diketahui terdapat beberapa jadwal yang dimulai dari pukul 7 pagi hingga 12 malam.
Krisis Gas
Selain krisis listrik, wilayah Sulsel juga harus menghadapi langkanya gas terkhusus gas 3kg. Sejak awal November, masyarakat harus bekerja keras untuk mendapatkan salah satu alat utama memasak tersebut.
Panjangnya antrian di pangkalan-pangkalan gas bahkan membuat para distributor gas memberlakukan aturan ketat bagi para pembeli. Menurut kesaksian salah seorang warga, saat membeli gas ia harus melampirkan beberapa berkas seperti KTP hingga KK.
“(Saya) dapat gas tapi disuruh bawa KTP dan KK,” kata Anti yang ditemui di salah satu wilayah padat penduduk di Makassar, Senin (23/10/2023).
Pemerintah juga sudah sempat merespon fenomena ini pada awal Oktober lalu. Pertamina wilayah Sulawesi Selatan mengatakan bahwa Pertamina akan mengusahakan penambahan stok untuk mengatasi antrian yang mengular.
“Kita kasih extra dropping satu hari kerja, misal 100 ditambah 100 (gas elpiji 3kg),” imbuhnya.
Tantangan lain yang dihadapi oleh masyarakat Sulsel ialah sulitnya mendapatkan solar. Di hampir seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di Sulawesi Selatan semuanya menghadapi kekurangan pasokan solar.
Menurut salah seorang penjaga SPBU yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, sebulan terakhir kendaraan yang mengandalkan solar sebagai sumber energinya harus antri hingga ke badan jalan karena kurangnya pasokan solar.
“Antri begini sudah satu bulanan,” kata seorang ibu yang menjawab sambil melayani pelanggan yang juga sedang antri solar, Selasa (24/10/2023).
Krisis solar ini telah mempengaruhi berbagai sektor di Sulsel, terutama transportasi dan distribusi barang.
Truk-truk pengangkut barang mengalami kesulitan mendapatkan pasokan solar yang cukup untuk menjalankan operasinya. Di mana mengakibatkan gangguan dalam rantai pasokan dan peningkatan biaya logistik.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.