ANDALPOST.COM — Di kawasan perbukitan indah Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Palu, berdiri sebuah monumen yang melampaui waktu dan menjadi mercusuar persatuan dan perdamaian masyarakat Sulawesi Tengah, yakni Tugu Perdamaian Nosarara Nosabatutu.
Dibangun antara tahun 1998 dan 2000, monumen ini telah menjadi lambang ketahanan dan rekonsiliasi. Khususnya setelah konflik komunal yang pernah melanda Poso.
Resmi ditetapkan sebagai kawasan wisata pada 11 Maret 2014, Tugu Perdamaian Nosarara Nosabatutu berdiri tegak, tidak hanya dari segi fisiknya, namun mewakili semangat kolektif masyarakat Sulawesi Tengah.
Di jantungnya terdapat Gong Perdamaian Nusantara, gong megah selebar 2 meter dan berat 180 kilogram yang dihiasi peta Indonesia. Di sekeliling peta negara terdapat simbol perdamaian dan persaudaraan yang mewakili lima agama yang ada di Indonesia.
Selain itu, lambang 33 provinsi dan 444 kabupaten/kota semakin menegaskan keberagaman yang membentuk bangsa.
Gong Perdamaian Nusantara yang diresmikan pada 11 Maret 2013 lebih dari sekedar karya seni. Hal ini merupakan upaya nyata untuk mencegah terulangnya konflik sosial, khususnya yang terjadi di Poso.
Desainnya yang rumit, memadukan unsur persatuan dan keberagaman, mencerminkan aspirasi bersama masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan secara harmonis.
Objek Wisata Wajib
Terletak di Bukit Tondo, lokasi monumen memiliki dua tujuan. Selain sebagai simbol perdamaian, monumen ini juga berfungsi sebagai tempat evakuasi saat terjadi tsunami. Sehingga semakin menegaskan pentingnya monumen ini dalam menjamin keselamatan penduduk setempat.
Selain punya arti yang mendalam, Tugu Perdamaian ini juga menjadi objek wisata bagi para wisatawan.
Menurut penjaga di kawasan Tugu Perdamaian yaitu Pak Saiful yang mengaku sudah hampir 10 tahun menjaga kawasan tersebut tempat tersebut jarang sepi pengunjung.
“Selalu ramai, tapi kalau bukan musim liburan (seperti ini) yah lumayan. Sehari mungkin tidak sampai 50 orang,” ungkapnya saat ditemui pada Selasa (14/11/2023).
Ia menambahkan bahwa jika musim liburan seperti Lebaran Idul Fitri, libur sekolah, hingga Natal dan Tahun Baru, para wisatawan pasti membludak.
“Kalau yang ramai sekali itu biasanya kalau libur-libur panjang,” tambahnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.