ANDALPOST.COM — Produsen kendaraan listrik (EV) Tiongkok, Nio, telah mengumumkan rencana untuk mengganti 30% tenaga kerjanya dengan kecerdasan buatan (AI) dan robot pada tahun 2027.
Hal ini terungkap dalam panggilan konferensi baru-baru ini dengan investor, di mana CEO Nio, William Li, menguraikan strategi perusahaan untuk memanfaatkan teknologi penggerak otonom dan AI untuk otomatisasi pabrik.
Nio, seperti banyak produsen mobil lainnya, telah bergulat dengan tantangan keuangan, melaporkan kerugian, dan menghadapi pemborosan uang tunai dalam beberapa bulan terakhir.
Rencana ambisius untuk mengotomatisasi sebagian besar tenaga kerjanya adalah bagian dari inisiatif Nio yang lebih luas untuk menjadi entitas yang menguntungkan.
Perusahaan ini telah banyak berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi penggerak otonom dan AI. Di mana bertujuan untuk menyederhanakan proses produksi dan mengurangi biaya tenaga kerja.
Meskipun otomatisasi dalam industri otomotif bukanlah konsep baru, rencana Nio menonjol karena skala dan ambisinya.
Perusahaan ini bertujuan untuk mengganti hampir sepertiga tenaga kerjanya dengan AI dan robot, sebuah langkah yang mungkin akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan serikat pekerja dan karyawan yang takut akan perpindahan pekerjaan.
“Kami ingin menggunakan teknologi AI untuk mengurangi ketergantungan pada pekerja terampil dan teknisi, sehingga menghemat lebih banyak biaya tenaga kerja,” katanya pada hari Jumat.
“Jika 80 persen keputusan kita (di bidang manufaktur) dapat dibuat oleh AI, hal ini akan memungkinkan kita mengurangi 50 persen posisi manajerial kita pada tahun 2025,” ungkap pihak Nio pada Minggu (27/11/2023).
Tantangan dari Segi Ekonomi
Perjuangan finansial Nio terlihat jelas, dengan harga sahamnya mengalami penurunan 17,5% pada bulan September, terutama didorong oleh pendapatan kuartal kedua tahun 2023 yang mengecewakan.
Perusahaan melaporkan kerugian $0,51 per saham, lebih buruk dari ekspektasi analis.
Untuk mengatasi pengeluaran uang tunai dan menopang neracanya, Nio baru-baru ini mengungkapkan rencana untuk menerbitkan obligasi senior yang dapat dikonversi senilai setidaknya $1 miliar.
Di mana memicu kekhawatiran investor tentang kesehatan keuangan perusahaan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.