Data penjualan kembali dengan jelas memperkuat tren ini, dengan Stadium Goods, pengecer sepatu kets terkemuka, melaporkan peningkatan penjualan Samba sepuluh kali lipat sejak musim gugur sebelumnya.
Khususnya, bulan April menjadi bulan dimana jumlah penjualan Samba tertinggi tercatat dalam sejarah retailer tersebut. Hal ini menunjukkan betapa besarnya popularitas sepatu tersebut.
Meskipun Adidas secara aktif menangani situasi inventarisnya, perusahaan tersebut belum mencapai tingkat kinerja yang dapat memenuhi permintaan masyarakat.
Selama kuartal ketiga, Adidas meraup sekitar $374 juta (Rp 5,8 Triliun) dalam penjualan sepatu Yeezy. Ini bagian dari langkah strategis untuk mengelola inventaris yang berasal dari penghentian kemitraan dengan rapper Ye.
Selain Yeezy, perusahaan Jerman ini telah mengungkapkan peningkatan 2% dalam penjualan netral mata uang untuk seluruh rangkaian produknya pada kuartal yang sama.
Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap sepatu kets klasik seperti Samba dan Gazelle.
Tingginya permintaan akan sepatu Samba lebih dari sekedar bukti daya tariknya yang bertahan lama. Ini merupakan sumber keuntungan penting bagi Adidas saat mereka berusaha untuk pulih dari kesenjangan $2 miliar setelah berakhirnya kemitraan Yeezy.
Dalam pernyataan yang berani saat panggilan pendapatan bulan Maret, CEO Bjørn Gulden menyatakan Samba sebagai “sepatu terpanas di pasar”.
Lalu menegaskan niat perusahaan untuk menjual “jutaan” sepatu dengan secara konsisten memperkuat waralaba sepatu kets dari kuartal ke kuartal. (paa/ads)