Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Aktivis 98 dan Politisi Gerindra Desmond Mahesa Tutup Usia

Desmond Junaidi Mahesa Sumber: TvOne

Sejak kecil pun Desmond tinggal di lingkungan yang terbilang kumuh. Ia tumbuh besar di Sungai Tabuk dan Pasar Batuah di kalimantan. Meski terlahir dengan keterbatasan biaya, Desmond tidak menyepelekan pendidikan. 

Ia bekerja keras untuk mendapatkan uang yang mampu membiayai sekolahnya. 

Terbukti ia berhasil sampai di perguruan tinggi, Universitas Lambung Mangkurat untuk mengenyam pendidikan di bidang hukum. 

Untuk bertahan hidup selama bersekolah, Desmond mencoba Banyak pekerjaan kasar dilakukannya untuk biaya hidup dan kuliah. Termasuk kuli bangunan dan cleaning service di kantor, hingga menarik becak pada malam hari di sekitar Pasar Batuah dan Belauran.

Aktif Organisasi

Ia pun mulai aktif Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Unlam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Islam (KSI), Angkatan Muda Baitul Hikmah dan Lingkungan (KSHL). 

Ia juga aktif menulis artikel untuk Koran Banjarmasin Post dan Dinamika Berita. Garis nasib mulai berubah ketika ia dipercaya dalam Program Lingkungan Hidup GTZ (kerjasama Indonesia-Jerman), 1989-2004 di Kalimantan Timur.

Beberapa waktu kemudian, ia mencoba untuk hijrah ke Pulau Jawa. Desmond bekerja di salah satu Lembaga bantuan Hukum (LBH) Nusantara, Bandung (1996) dan Jakarta (1998) sebagai Direktur. 

Desmond saat masih muda Sumber: Kompas

Ia bahkan sempat diculik karena vokal menentang pemerintah pada rezim itu. Setelah penculikan dan kembali ke Jakarta, Desmond membuka Kantor Hukum Des & Des di Jakarta pada 1998. 

Pada tahun 2000 kantor Hukum ini berganti nama menjadi “TREAD’S & Associate”

Setelah sepak terjangnya di dunia hukum, ia pun mencoba untuk terjun ke bidang politik. Di Senayan, ia tetap mempertahankan pola pikir kritisnya. 

Ia menjadi orang pertama di Senayan yang mempertanyakan legalitas jaksa Agung Hendarman Supandji dalam rapat resmi Komisi III DPR, Mei 2010. (paa/ads)