Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Atasi Baby Blues, FDA AS Izinkan Obat Anti Stress untuk Ibu

Atasi Baby Blues, FDA AS Izinkan Obat Anti Stress untuk Ibu
Ilustrasi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dengan pemberian ASI sebagai nutrisi baby. (The Andal Post/Clarencia Mayvianti)

ANDALPOST.COM — Banyak orang yang tidak memperhitungkan tanggung jawab yang diemban oleh seorang ibu. Mulai dari melahirkan, melahirkan anak, hingga nantinya menyusui. 

Masa-masa tersebut tentunya adalah masa-masa sulit dan butuh dukungan dari orang-orang sekitar. Tidak sedikit pula ibu yang merasakan stressnya setelah melahirkan. 

Fenomena sedih hingga perasaan hati yang berubah-ubah kemudian diberi nama Baby Blues. Fenomena ini ialah perasaan sedih yang mungkin Anda alami dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan. 

Penelitian bahkan mengemukakan bahwa 4 dari 5 orang tua baru (80 persen) mengalami baby blues. Kebanyakan orang mengalami baby blues 2 hingga 3 hari setelah bayi lahir. Mereka bisa bertahan hingga 2 minggu. 

Perubahan hormon yang terjadi setelah melahirkan dapat menyebabkan baby blues. Setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron tiba-tiba berkurang sehingga menyebabkan perubahan suasana hati. 

Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat kelenjar tiroid bisa turun tajam sehingga bisa membuat mereka merasa lelah dan tertekan. 

Kurang tidur dan tidak makan akibat mengurus anak juga dapat menambah perasaan tersebut. 

Tidak hanya itu, perasaan gugup merawat bayi baru atau khawatir tentang perubahan hidup Anda sejak bayi lahir, juga dapat membuat para ibu baru merasa sedih atau tertekan.

Gejala baby blues pun berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang menangis sesekali, bahkan ada juga yang melihat anak yang baru dilahirkannya seperti musuh sehingga ia ketakutan melihat anaknya. 

Oleh karena itu, para pakar kesehatan dan juga psikologis beramai-ramai memberikan saran bagaimana cara untuk mengurangi baby blues.

Mulai dari memberikan waktu tidur yang cukup untuk sang ibu, beri bantuan dari pihak keluarga. Hingga mengkonsumsi makanan yang disukai. 

Namun, jika saran sederhana di atas tidak bisa membantu, para pakar menyarankan untuk menghubungi psikolog untuk mendapatkan pendampingan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.