ANDALPOST.COM – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita menyebut daerah Riau, Jambi dan Sumatera Utara akan terlebih dahulu mengalami musim kemarau. Musim kemarau ini dimulai bulan Februari 2023 dengan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Februari 2023 adalah musim kemarau yang pertama (bagi wilayah itu). Nanti bulan Juni kemarau lagi. Wilayah tersebut rentan karhutla karena merupakan lahan gambut,” kata Dwi dalam konferensi pers virtual Pantauan Kondisi Cuaca dan La nina, Jumat (27/1).
Peringatan potensi karhutla tersebut, kata Dwi, penting jadi perhatian karena musim kemarau tahun 2023 ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tiga tahun terakhir.
“Kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk menghadapi musim kemarau yang menunjukkan curah hujan lebih rendah dibandingkan tiga tahun terakhir,
“Meskipun itu artinya (musim kemarau) kembali ke normal,” lanjutnya.
Selain yang sudah disebutkan, wilayah lain dengan potensi karhutla tetapi dengan karakteristik berbeda pada musim kemarau tahun ini. Kalimantan pada bulan Mei yang akan diawali Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara.
“Wilayah Sulawesi juga berpotensi karhutla. Tetapi di sana bukan lahan gambut, jadi tidak serawan misalnya Riau,” ujar Dwi.
Karhutla akan Meluas di Bulan Juni
Memasuki bulan Juni, Dwi mengatakan akan menjadi lebih luas lagi di hampir seluruh Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan.
Selain mewaspadai potensi karhutla, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mulai melakukan mitigasi menghadapi musim kemarau tahun 2023. Salah satunya menabung air hujan yang bisa jadi akan diperlukan saat musim berganti nanti.
“BMKG sudah koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengisi waduk-waduk,
“Dengan cara menyemai awan yang berada di atas waduk agar menurunkan hujan dan tertampung. Konsepnya menabung air hujan yang diperlukan saat nanti kemarau,” jelas Dwi.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.