ANDALPOST.COM – Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) memberi peringatan atas permasalahan kesehatan yang kian meningkat bagi para pengungsi Sudan.
Peringatan tersebut dikeluarkan pada Selasa (08/08/2023), yang dimana para pengungsi yang menyelamatkan diri dari konflik yang semakin parah di Sudan membuat mereka harus bergegas dan mencari tempat perlindungan yang lebih aman.
Akan tetapi, keluar dari tempat asal mereka ditengah konflik bukanlah menjadi satu satunya permasalahan bagi para pengungsi. ‘
Berdasarkan laporan UNHCR, diketahui sebanyak 4 juta pengungsi yang berada di kamp pusat dan transit tidak mendapatkan pelayanan yang memadai.
Melalui William Spindler dari badan PBB yang menjelaskan bahwa situasi yang tengah dihadapi perlu diperhatikan bersama.
“Karena banyak keluarga telah berpindah selama berminggu-minggu, dengan makanan dan obat-obatan yang sangat sedikit, tingkat kekurangan gizi yang meningkat, wabah penyakit dan kematian terkait terus diamati,” ujar William Spindler.
Keresahan UNHCR
Melihat situasi yang terjadi, UNCHR menyatakan bahwa mereka sangat khawatir para pengungsi yang berada di kamp-kamp negara tetangga Sudan.
UNHCR menjelaskan bahwa terdapat jumlah kebutuhan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah persediaan yang membuat pemerataan sulit untuk dilakukan.
Dalam penjelasannya , badan PBB itu mengatakan bahwa pada negara bagian White Nile, terdapat kekurangan obat-obatan, staff, dan persediaan esensial lainnya.
Hal tersebut memiliki dampak yang sangat serius dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. Dimana, proses layanan kesehatan gizi menjadi semakin sulit pada 10 kamp pengungsi.
Diketahui jumlah kamp tersebut diisi oleh 144.000 pengungsi baru. Pengungsi tersebut diketahui berasal dari Khartoum, yang baru saja tiba sejak melakukan perjalanan ketika konflik di Sudan pecah.
Tidak hanya itu, para pengungsi yang telah menghadapi konflik juga tidak mendapatkan layanan kesehatan mental yang memadai.
Kesehatan mental terhadap pengungsi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang penting. Hal ini dikarenakan, kesehatan mental memiliki keterkaitan dengan psikologi masyarakat yang berada dalam kamp pengungsian.
Selain itu, tingkat wabah yang meningkat secara bersamaan juga mengakibatkan angka kematian di tengah para pengungsi menjadi semakin meningkat.
Dalam laporan UNHCR, dijelaskan bahwa antara 15 Mei sampai 17 Juli, terdapat lebih dari 300 kematian. Rata-rata kalangan yang mengalami kematian adalah anak di bawah umur 5 tahun karena campak dan malnutrisi.
Sementara itu, lebih banyak kasus kolera dan malaria diperkirakan terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini karena banjir akibat hujan yang terus turun dan fasilitas sanitasi yang tidak memadai.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.