Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Google Ungkapkan Bagi Hasil 36% dengan Apple dalam Kesepakatan Browser Safari

Dua raksasa aplikasi untuk berselancar di Internet (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

Pandangan para Pengamat Teknologi

Google dan Safari yang berhasil melihat celah di tengah tingginya persaingan di dunia teknologi Sumber: The Hans India

Pakar industri berspekulasi bahwa persentase pembagian pendapatan yang diungkapkan dapat mendorong perusahaan lain untuk mengevaluasi kembali kemitraan mereka. Juga menuntut bagian yang lebih besar dari pendapatan iklan yang dihasilkan melalui platform mereka.

Pengungkapan ini juga menyoroti seluk-beluk model pendapatan dalam industri teknologi. Di mana layanan yang tampaknya gratis sering kali diterjemahkan menjadi transaksi keuangan besar di balik layar.

Sementara Apple belum secara resmi mengomentari rincian spesifik dari pengaturan bagi hasil. Lantas hal itu membuat pengguna dan analis industri penasaran dengan perspektif raksasa Cupertino terhadap dinamika keuangan ini.

Ketika kekhawatiran terhadap privasi pengguna dan perlindungan data terus meningkat, pengungkapan ini menambah perdebatan mengenai pertimbangan etis seputar periklanan berbasis data dan praktik pembagian pendapatan.

Sidang pengadilan ini menyoroti jaringan hubungan kompleks yang menentukan industri teknologi, tempat kolaborasi antara raksasa seperti Google dan Apple membentuk lanskap digital.

Masih harus dilihat bagaimana pengguna dan badan pengawas akan menanggapi pengungkapan ini dan apakah hal ini akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap transaksi keuangan antara pemain teknologi besar.

Saat industri teknologi bergulat dengan isu transparansi, privasi pengguna, dan praktik bisnis yang adil, pengungkapan pembagian pendapatan Google-Apple menandai momen penting yang dapat mempengaruhi kemitraan di masa depan, juga membentuk kembali lanskap periklanan digital.

Persaingan rumit antara raksasa teknologi dan aliran pendapatan yang mengalir di bawah permukaan kini semakin disorot. Sehingga  sehingga mendorong para pemangku kepentingan untuk menilai kembali dampak sebenarnya dari layanan digital yang tampaknya gratis. (paa/ads)