Gunung Anak Krakatau kini berstatus Level III atau Siaga. Menurut PVMBG gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III.
“Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-450 meter dari puncak. Cuaca mendung hingga hujan, angin lemah ke arah barat laut,” tulis PVMBG.
Letusan Gunung Anak Krakatau baru-baru ini menjadi pengingat akan sifat alamnya yang mudah berubah.
Pada tahun 2018, letusan gunung berapi mengakibatkan tsunami dahsyat di Selat Sunda, yang merenggut nyawa lebih dari 400 orang.
Peristiwa bencana ini dipicu oleh runtuhnya sebagian sisi gunung berapi, yang menyebabkan tanah longsor yang mengalir ke laut dan menimbulkan tsunami yang merusak.
Menyusul tragedi tahun 2018, pemerintah Indonesia menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan sistem peringatan dini terhadap tsunami dan bencana alam lainnya.
Namun, letusan yang terjadi baru-baru ini menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan oleh gunung berapi dan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan berkelanjutan dalam menghadapi potensi bencana alam.
Ketika pihak berwenang memantau dengan cermat aktivitas Gunung Anak Krakatau, penduduk di wilayah yang terkena dampak tetap waspada, menekankan pentingnya respons cepat, komunikasi yang jelas, dan komunikasi yang jelas. (paa/ads)