ANDALPOST.COM – Di era media sosial saat ini, kita dapat dengan mudah menonton maupun menciptakan konten berupa tulisan, foto, bahkan video. Salah satunya, adalah dengan mengikuti trend konten ‘prank‘ yang tengah digemari oleh kebanyakan orang.
Kegemaran membuat konten dan merasa puas saat banyak yang ‘melihat’ dan menyukai, dapat membuat seseorang kecanduan. Serta, memiliki keinginan untuk menciptakan konten lagi.
Sehingga, seseorang akan mudah melakukan apapun demi kontennya. Ini tentunya, tidak berlaku untuk semua orang.
Konten Prank
Prank menjadi konten yang marak di tengah masyarakat kita. Prank sendiri, merupakan sebuah trik yang dilakukan seseorang, untuk mengerjai atau membuat orang lainnya sebagai lelucon.
Namun, semakin ‘ke sini’ konten prank tidak hanya menyasar orang dewasa saja, tetapi juga menjadikan anak kecil sebagai sasaran.
Beberapa waktu lalu, marak dijumpai video orang tua yang menyalakan ponsel genggam dengan suara keras. Kemudian, lari meninggalkan anak di ruangan sendiri dengan menutup pintu.
Tak lama, muncul suara seram dari handphone tersebut dan anak lari ketakutan, tetapi pintu sudah ditutup rapat. Kemudian, ia menangis dan berteriak di dalam ruang tersebut.
Selain itu, belum lama terjadi video orang dewasa yang tengah menelepon di depan anak-anak yang sedang bermain atau pulang sekolah.
Dalam percakapannya, orang tersebut berkata seolah-olah akan menculik anak di depannya, sontak mereka berlari ketakutan menjauhi orang tersebut. Tak jarang, mereka terjatuh saat berlari.
Dampak untuk Anak
Sekilas, konten-konten di atas terlihat lucu dan “kebanyakan” dari “publik” tertawa melihatnya.
Namun, tak sadar hal tersebut dapat berdampak pada anak, sebab mereka menjadi merasa tidak aman karena orang yang paling dekat dengannya.
Anak juga dapat percaya, bahwa orang tua dia sudah menipunya dan membuatnya ketakutan.
Beberapa dampak buruk dari prank yang dilakukan kepada anak adalah:
1. Anak akan Trauma
Lelucon-lelucon yang menimbulkan ketakutan kepada anak, akan membuatnya merasa takut.
Misalnya, anak akan terus ketakutan, jika berada di ruangan sendirian karena sebelumnya pernah ditakuti dengan suara seram.
Suara seram tersebut, akan terus membayang-bayanginya, bahkan hingga ia tumbuh dewasa.
Alhasil, orang tua yang seharusnya memiliki tugas untuk melindungi dan membuatnya merasa aman, malah mengecewakannya.
Trauma ini, tentu dapat mengakibatkan anak susah tidur, dan terhambat melakukan aktivitas lainnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.