Kemitraan dengan SMIC
Kemitraan dengan SMIC akan memberi Huawei akses ke kapasitas manufaktur yang diperlukan untuk memproduksi chip 5G sendiri menggunakan proses manufaktur N+1.
Diketahui, Huawei juga sedang mengembangkan alat otomatisasi desain elektronik (EDA) sendiri, yang akan memungkinkan perusahaan merancang chip yang lebih kompatibel dengan perangkat kerasnya sendiri.
Huawei mungkin berharap untuk memproduksi chip 5G yang biayanya bersaing dengan yang lain. Tetapi, hasil untuk chip ini diperkirakan di bawah 50%. Hasil ini berkemungkinan besar akan lebih mahal daripada membeli chip 5G yang ada.
“Saya kira jika Huawei ingin memakan biaya, mereka dapat melakukan ini, tetapi saya tidak melihat chip seperti itu sebagai harga yang kompetitif,” kata Fuller, seorang peneliti chip di Copenhagen Business School.
Hingga saat ini juga belum diketahui apakah Huawei dapat memperoleh perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan dari AS untuk memproduksi chip ini.
Namun, ini adalah risiko yang mungkin perlu diambil Huawei setelah larangan tersebut menyebabkannya jatuh dari posisinya sebagai pembuat ponsel pintar terbesar kedua di dunia pada tahun 2019.
Terlepas dari tantangannya, Huawei masih menjadi pemain utama di pasar smartphone global. Hal ini didukung oleh Huawei yang memiliki tim penelitian dan pengembangan yang kuat, dan banyak berinvestasi dalam teknologi baru. (paa/rge)