Jo Sung Hyun juga mengungkapkan, bahwa ia sengaja menampilkan bagian yang terlalu syur karena hal itu benar-benar terjadi meski kontroversial. Serta agar para pengikut JMS sadar mengenai kecabulan sosok Jung Myung Seok.
“Aku menyadari kontroversi tentang seksualitas yang ditampilkan dokumenter itu, tapi yang penting adalah bahwa semua itu benar adanya. Banyak orang yang mengaku jijik dan sulit menonton bagian itu,” ungkap produser tersebut.
Jo Sung Hyun melanjutkan, bahwa ia sengaja menampilkan adegan tersebut di satu menit awal episode series. Sebab menurutnya, para pengikut sekte JMS akan menonton series tersebut karena rasa penasaran.
“Aku memang sengaja membuat satu menit awal itu begitu, karena aku pikir orang-orang sekte sesat akan menontonnya. Menurutku mereka akan nonton karena penasaran. Jadi aku memikirkan dalam semenit itu harus menunjukkan apa agar keimanan mereka goyah dan agar mereka berpikir “Apa beliau memang Messiah?” ungkapnya.
Teror saat Penggarapan Series
Saat menggarap series ini, Jo Sung Hyun juga mengatakan, bahwa ia mengalami kesulitan bahkan saat proses riset. Lantaran banyaknya pengikut aliran sesat (yang masih bertahan) selalu menghalanginya bahkan meneror narasumber dan dirinya.
Bahkan kejadian teror tersebut ditampilkan pada epsiode pertama series. Maple, mantan anggota JMS diikuti dari bandara hingga hotel, karena ia menjadi narasumber dan bersedia mengungkap hal buruk sekte.
Sejak ditayangkan di Netflix Indonesia, banyak penonton yang juga mengaitkan series ini dengan kengerian drama Korea yang dibintangi oleh Seo Ye Ji berjudul Save Me. Banyak yang menganggap bila kisah sekte ini adalah versi nyata drama tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu pengguna Instagram @geum_young95 lewat komentarnya pada postingan @coppamagz: “Jadi inget drakor save me, tapi kayaknya ini jauh lebih ekstrim yah”.
Hal ini karena cerita drama Save Me juga berkutat pada sisi gelap sekte Korea. Drama ini merupakan serial drama Korea yang rilis pada 2017 dan diadaptasi dari web-comic berjudul Out of the World karya Jo Geum-san. (azi/ads)