Rencana Proyek
Pada kesempatan yang sama, Bahlil Lahadalia mengatakan, bahwa proyek itu nantinya akan dilaksanakan oleh setidaknya empat perusahaan. Mulai dari mancanegara hingga nasional.
“Investasi Inggris ini bekerja sama dengan Glencore, EVision, kemudian Umicore dari Belgia, dan PT Antam dan pengusaha nasional di Indonesia,” kata Bahlil dilansir YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (1/6/2023).
Besarnya nilai investasi yang akan masuk di Indonesia tersebut dikarenakan pabrik yang nantinya berdiri bisa menghasilkan sel baterai, hingga 20 gigawatt hour (GWh) pada tahap pertama produksi.
Bahlil Lahadalia juga menuturkan, kalau proses pemberkasan akan dirampungkan secepatnya. Sebab Presiden Jokowi meminta proses dipercepat agar pembangunan bisa dilakukan pada September mendatang.
“Negara ini terlalu banyak kajian sampai kemudian hal-hal prinsip kita lupa. Jadi arahan Bapak Presiden jelas minta dipercepat, di bulan September harus semuanya sudah selesai,” ucap Bahlil.
Meski begitu, Pemerintah belum mengumumkan secara rinci lokasi pabrik tersebut. Yang jelas akan masuk ke kawasan industri di wilayah Bantaeng di Sulawesi.
Toto Nugroho, Kepala Eksekutif Perusahaan Baterai Negara Battery Corporation, mengatakan investasi tersebut diharapkan dapat membantu Indonesia memasuki pasar Inggris dan Eropa.
Pemerintah melarang ekspor bijih nikel mentah sejak 2020 untuk memastikan pasokan bagi investor yang ada dan calon investor. Di saat yang sama, pemerintah juga berusaha mengundang investor baterai dunia, seperti Tesla dan Grup BYD China.
Investasi antar kedua negara ini merupakan kelanjutan dari pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri (PM) Inggris, Rishi Sunak pada akhir Mei lalu di Hiroshima Jepang.
Pada saat itu, Jokowi dan Rishi Sunak bersepakat untuk merealisasikan kerjasama dalam Just Energy Transition Partnership, pembangunan ekosistem EV.
Termasuk pasokan sel baterai dan pembangunan micro factory EV. Serta investasi pembangunan IKN, transportasi, energi hijau, dan pendidikan. (paa/ads)