Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Karhutla Kembali Terjadi di Kalimantan, Tim Pemadam Kesulitan Sumber Air

Kebakaran hutan di Palangkaraya Sumber: DetikNews

ANDALPOST.COM — Musim kemarau sepertinya telah mencapai puncaknya. Kekeringan dikabarkan telah melanda beberapa wilayah di negeri ini. 

Menurut laporan Kepala BMKG pada awal September lalu, kemarau untuk wilayah Jawa dan Sumatera barat akan berakhir pada akhir bulan Oktober 2023. 

Sedangkan untuk wilayah lain seperti Nusa Tenggara, musim kemarau diperkirakan baru akan mencapai tahap akhir pada akhir bahkan awal tahun 2024. 

Jika berbicara tentang kemarau, masyarakat tentu telah dibuat pusing sebab di musim kemarau banyak masalah yang terjadi. Mulai dari kekeringan air hingga cuaca yang panas membakar kulit. 

Namun, di daerah Kalimantan pada musim kemarau tahun ini, mereka harus berjuang melawan kebakaran hutan dan lahan. Sebenarnya, kasus ini merupakan kasus berulang yang hampir tiap tahun terjadi. 

Tantangan

Tantangan yang dihadapi oleh petugas pemadam karhutla yang bertugas untuk memadamkan api di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah ialah mereka kesulitan untuk memadamkan titik-titik api karena sumber air yang terbatas. 

“Kemarau kering saat ini membuat tim di lapangan cukup kesulitan mendapatkan akses air untuk pemadaman karhutla,” kata Plt BPBD Kota Palangkaraya Alman P Pakpahan di Palangkaraya. 

Alman menjelaskan, bahwa para anggotanya harus berusaha mencari titik-titik air yang masih menyimpan cadangan air agar bisa dimanfaatkan untuk memadamkan api. Tidak jarang bahkan lokasi titik api tersebut berada jauh dari titik karhutla. 

Sebenarnya di lokasi terjadinya karhutla banyak tersedia parit-parit yang biasanya menyimpan air. Namun, saat ini dikarenakan musim kemarau telah mencapai puncaknya, air yang mengisi parit tersebut telah kering kerontang. 

Oleh karenanya, pihak yang bertanggungjawab mengusahakan mendapat bantuan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi oleh petugas yang berada di lapangan yaitu titik-titik api yang tidak diketahui letaknya berada di mana. Lahan gambut yang menjadi tempat terjadinya kebakaran hutan tersebut bertekstur berongga sehingga di rongga-rongga tersebut menjadi jalur keluar asap.

Asap yang muncul di permukaan belum tentu menjadi lokasi adanya api yang menyala. Oleh sebab itu, para petugas membutuhkan volume air dalam jumlah yang banyak. 

Para petugas juga berkali-kali mengedukasi para masyarakat untuk tidak melakukan bakar membakar di atas lahannya. Sebab banyaknya daun kering bisa membesarkan bara api dalam waktu yang cepat.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.