Tanggapan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
dr. Feni Fitriani Taufik selaku Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, menyampaikan bahwa Rumah Sakit Persahabatan pernah melakukan sebuah penelitian pada bayi.
Penelitian ini membagi tiga kelompok bayi yang dilahirkan. Di antaranya, ialah bayi yang lahir dari ibu perokok aktif, bayi yang lahir dari ibu perokok pasif, dan bayi dengan ibu non perokok.
Setelah penelitian dilakukan, kemudian diperoleh hasil, yaitu ditemukan nikotin pada bayi, baik yang lahir dari ibu perokok aktif maupun pasif.
Tak sampai di situ, hal ini juga berpengaruh pada panjang badan yang lebih pendek dan berat badan yang lebih kecil dari normal pada umumnya.
Lebih lanjut, dr. Feni juga mengungkapkan bahwa dampak merokok dapat dirasakan pada beberapa aspek. Hal ini dijelaskan dalam dua istilah sebagai berikut;
- Secondhand smoke. Istilah ini merujuk pada asap rokok yang dilepaskan oleh perokok, lalu terhirup oleh orang-orang di sekitarnya.
- Thirdhand smoke. Istilah ini mengacu pada asap rokok yang menghasilkan sisa bahan kimia yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun, ternyata sangat membahayakan kesehatan tubuh. Sisa-sisa residu bahan kimia ini juga dapat menempel pada perokok dan menempel pada benda di rumah seperti gorden, karpet, dan sofa.
“Itu mengandung kimia berbahaya jika terhirup oleh orang-orang yang ada di rumah seperti anak-anak Balita,” tutur dr. Feni.
“Kalau berbicara stunting, secondhand smoke dan thirdhand smoke menyebabkan beban ekonomi keluarga akan berlipat. Sebab perkembangan anak terganggu,” lanjutnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.