ANDALPOST.COM – Ketua The Federal Reserve System (FED), Jerome Powell, menyebutkan bahwa kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dapat melambat ‘secepatnya’ pada bulan Desember ini. Keterangan ini disampaikan olehnya pada hari Rabu (30/11/2022).
Powell mengatakan, hal tersebut lantaran kampanye bank sentral AS, guna ‘mendinginkan’ harga yang terus mengalir di perekonomian di dunia.
Sementara itu, para rumah tangga AS juga bergulat dengan melonjaknya biaya konsumen yang membuat FED melakukan pertempuran habis-habisan. Khususnya, untuk menjinakkan inflasi yang telah mencapai puncak.
Diketahui, hal ini terakhir kali terjadi pada tahun 1980-an. Saat itu, upaya yang dilakukan FED adalah untuk menghindari suapan AS ke dalam resesi.
Langkah Bank Sentral
“Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga, mungkin datang segera setelah pertemuan Desember,” kata Powell dalam pidatonya di Brookings Institution.
Powell menambahkan, bahwa efek penuh dari langkah bank tersebut belum dirasakan sepenuhnya.
Ia memperingatkan bahwa kebijakannya mungkin harus tetap ketat “untuk beberapa waktu” guna memulihkan stabilitas harga.
Dia juga mengungkapkan, bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi ekonomi dan inflasi dengan “kelambatan yang tidak pasti”.
“Dengan demikian, masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami. Saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi,” ungkap Powell.
Meskipun begitu, Powell tetap menekankan bahwa FED akan bertahan hingga pekerjaan mereka selesai.
Menyusul pernyataan Powell, saham AS semakin menguat, dengan Indeks Komposit Nasdaq yang kaya teknologi melonjak lebih dari tiga persen.
Selain itu, Bank sentral juga telah menaikkan suku bunga pinjaman sebesar 0,75 persen selama empat kali berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir. Diketahui, dari enam kenaikan suku bunga tahun ini.
Hal itu, dilakukan dalam upaya agresif guna mengendalikan harga.
Alhasil, kenaikan terakhir di bulan November menjadikan suku bunga acuan pinjaman menjadi 3,75-4,0 persen. Perlu diketahui, angka tersebut merupakan hasil tertinggi sejak Januari 2008.
Inflasi, Resesi dan Suku Bunga
Tujuan pembuat kebijakan adalah untuk mengerem pengeluaran, dengan membuatnya lebih mahal untuk meminjam.
Diharapkan, keadaan ini akan membawa permintaan lebih seimbang dengan pasokan yang telah dihantam oleh masalah logistik global dan perang Rusia di Ukraina.
Untuk saat ini, tanda-tanda awal bahwa harga sedang mendingin sudah mulai terlihat.
Namun, inflasi konsumen tahunan tetap ada di 7,7 persen di bulan Oktober lalu. Akibatnya, tinggi biaya hidup adalah salah satu hal yang perlu untuk digarisbawahi dalam keadaan ini.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.