Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Krisis Real Estate Semakin Nyata di China, Saham Evergrande Kena Imbas

Krisis Real Estate Semakin Nyata di China, Saham Evergrande Kena Imbas
Salah satu raksasa properti di China, Evergrande. (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM — Ancaman ekonomi di China sepertinya semakin nyata, terutama di sektor properti hari ke hari makin mengalami kemerosotan. Salah satu Saham pengembang properti Tiongkok, Evergrande, telah anjlok hampir 80% pada hari pertama perdagangannya di Hong Kong selama satu setengah tahun. 

Saham tersebut telah kehilangan lebih dari 99% nilainya dalam tiga tahun terakhir. Sebab Beijing melakukan tindakan keras terhadap perusahaan properti. 

Evergrande berada di tengah krisis pasar real estat yang mengancam negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Pada hari Minggu (27/8/2023), perusahaan tersebut membukukan kerugian US$4,5 miliar (Rp 68 Triliun) untuk enam bulan pertama tahun ini. 

Namun, angka tersebut merupakan peningkatan dari kerugian sebesar 66,4 miliar yuan yang dilaporkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Para direktur perusahaan, “telah mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan posisi likuiditas dan posisi keuangan grup,” kata Evergrande dalam pengajuannya ke Bursa Efek Hong Kong.

Perusahaan tersebut menambahkan, bahwa pendapatannya pada enam bulan pertama tahun ini telah melonjak 44% menjadi 128,2 miliar yuan dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, persediaan uang tunainya turun 6,3% dibandingkan periode yang sama. Saham Evergrande telah ditangguhkan perdagangannya sejak Maret tahun lalu.

“Kunci bagi para pengambil kebijakan saat ini adalah mencegah penularan keuangan dan membatasi dampak buruknya terhadap sistem keuangan secara keseluruhan,” kata Qian Wang, kepala ekonom Asia Pasifik di perusahaan investasi Vanguard. 

“Para pembuat kebijakan perlu menyediakan likuiditas lebih lanjut dan dukungan kredit terhadap perekonomian dan sektor real estate,” tambahnya.

Masalah di Sektor Properti China

Jejeran properti di China yang terlihat tak berpenghuni Sumber: East Asia Forum

Masalah di pasar properti Tiongkok telah menambah kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia pasca pandemi. 

Pada hari Senin (28/8/2023), Tiongkok mengurangi separuh pajak 0,1% pada perdagangan saham untuk menggiatkan pasar modal dan meningkatkan kepercayaan investor.

Indeks saham utama di Hong Kong dan Tiongkok daratan naik setelah berita tersebut. 

Langkah ini dilakukan beberapa hari setelah bank sentral negara tersebut memangkas salah satu suku bunga utamanya untuk kedua kalinya dalam tiga bulan. Di mana menghadapi penurunan ekspor dan lemahnya belanja konsumen.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.