Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Lagu Drake dan The Weeknd Buatan AI Ditarik dari Layanan Streaming

Drake and the Weeknd tampil bersama di atas panggung di Nottingham, Inggris, pada 16 Maret 2014. Sumber: Ollie Willington/WireImage

ANDALPOST.COM – Lagu yang menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Untuk mengkloning suara Drake dan The Weekend telah ditarik dari berbagai layanan streaming semenjak Selasa (18/4/2023).

Judul yang diberikan kepada lagu ciptaan AI tersebut adalah “Heart on My Sleeve”. Lagu tersebut dibuat oleh seseorang yang memanggil dirinya sendiri sebagai ‘Ghostwriter’.

Sekarang, lagu tersebut tidak lagi dapat didengar di layanan streaming seperti Spotify, Apple Music, Deezer dan Tidal.

Namun, beberapa versi dari lagu itu masih dapat didengar di Tiktok dan YouTube, meskipun penarikan sudah mulai dilakukan.

Alasan Penarikan

Alasan penarikan adalah penerbit Grup Musik Universal yang mengatakan lagu tersebut melanggar undang-undang hak cipta.

Penerbit musik mengatakan platform layanan streaming seharusnya memiliki “tanggung jawab hukum dan etika”. Hal itu untuk mencegah penggunaan layanan yang merugikan artis.

Dalam lagu tersebut, Drake dan The Weeknd menyanyikan lantunan lirik tentang Selena Gomez. Yakni aktris dan bintang pop yang pernah mengencani The Weeknd.

Setelah diposting di sejumlah platform pada hari Jumat, lagu tersebut menjadi viral selama akhir pekan.

Tautan ke versi asli lagu di YouTube sekarang mengatakan, “Video ini tidak lagi tersedia karena klaim hak cipta oleh Grup Musik Universal”.

Di Spotify, lagu tersebut diputar 629.439 kali sebelum ditarik. Dengan tarif royalti terendah Spotify sebesar $0,003 per aliran, itu berarti menghasilkan sekitar US $1.888 dolar.

Etis atau Illegal?

Dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI yang berkembang semakin pesat, selalu muncul pertanyaan perihal keetisan hal-hal hasil ciptaan AI.

Sudah lama industri merasa gelisah tentang pertumbuhan kecerdasan buatan yang tiba-tiba.

Foto lagu “Heart on My Sleeve” ketika masih tersedia di Spotify. Sumber: Spotify

Oleh karena itu, gawat apabila muncul sebuah teknologi yang dapat mereplikasikan produk kerja dari dua bintang musik terbesar dan salah satu produser topnya. Terlebih lagi, dapat memenangkan lebih dari jutaan pendengar telah memicu lonceng alarm yang serius.

“Kemampuan untuk membuat karya baru yang realistis dan spesifik ini membingungkan. Dan dapat menimbulkan berbagai ancaman dan tantangan bagi pemilik hak cipta. Musisi, dan bisnis yang berinvestasi di dalamnya,” kata Jonathan Faber, pendiri Luminary Group dan seorang pengacara yang berspesialisasi dalam melindungi hak kemiripan dari orang-orang terkenal.

“Saya mengatakan itu tanpa berusaha masuk ke masalah yang lebih pelik. Yang kemungkinan besar juga ada karena teknologi ini menunjukkan kemampuannya,” tambah Jonathan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.