Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Mengenal Default, Kondisi Ekonomi yang Sedang Mengancam Amerika Serikat

Ilustrasi saat utang lebih besar dari pemasukan | Sumber: Icon Economics

ANDALPOST.COM – Jika menurut kamus, istilah default berasal dari bahasa Inggris yang juga menjadi bahasa Internasional. Kata ‘default’ mungkin juga sering kita temui dalam penggunaan hp maupun laptop. 

Jika merujuk kepada arti secara harfiahnya, default berarti bawaan atau hal yang bersifat standar. Namun, penggunaan kata ini sudah diaplikasikan di berbagai bidang, seperti teknologi hingga ekonomi. 

Pengertian default di teknologi dan ekonomi tentu sangat berbeda. Seperti yang dikatakan tadi, kata default sebelumnya sering kita temui di hp dan laptop. 

Jika di teknologi, makna default ini ialah mengarah ke makna yang pertama yaitu suatu yang bersifat bawaan atau standar. Misalnya, pengaturan di handphone jika diubah ke default berarti itu kembali ke aturan pabrik. 

Lain halnya, dengan makna default di bidang ekonomi. Dalam istilah ekonomi, arti default sering disamakan dengan istilah ‘wanprestasi’.

Wanprestasi di AS

Dilansir dari hukumonline.com, Wanprestasi adalah istilah yang diambil dari bahasa Belanda wanprestatie dengan arti tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban dalam suatu perjanjian.

Lalu, berdasarkan arti dalam KBBI, wanprestasi adalah keadaan salah satu pihak (biasanya perjanjian) berprestasi buruk karena kelalaian.

Dalam kasus wanprestasi atau default Amerika Serikat (AS), negeri paman sam tersebut berpotensi besar mengalami kegagalan utang.

Secara rinci, kegagalan membayar utang kepada negara-negara yang telah memberinya dana. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Keuangan AS, Janet Yellen

​​”Dengan informasi tambahan yang sekarang tersedia. Saya menulis untuk dicatat, bahwa kami masih memperkirakan, Departemen Keuangan kemungkinan tidak dapat memenuhi semua utang pemerintah,” kata Yellen, dikutip dari Liputan6. 

“[Tentunya], jika Kongres tidak bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni,” lanjutnya.

Meski sisa waktu yang tersisa semakin sedikit, pemerintah AS masih terlihat tenang-tenang saja.

Jika benar AS mengalami default, berarti ini merupakan kali kesekian negara adidaya tersebut mengalami hal itu. 

Tanggapan Terhadap Utang

Ryan Kiryanto, Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) di Jakarta, menanggapi terkait ini.

“Sudah puluhan kali AS mengalami krisis utang yang mengarah ke default atau gagal bayar,” ujar Ryan.

“Tapi selama itu pula, AS bisa lolos dari krisis utang karena DPR AS memutuskan melebarkan rasio defisit utang AS terhadap total PDB-nya,” lanjutnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.