ANDALPOST.COM – Ketidakpastian kondisi ekonomi dunia membuat tidak sedikit negara yang mengalami ancaman resesi.
Menjelang dua tahun setelah pandemi COVID-19 dinyatakan berakhir, ternyata pemulihan ekonomi tidak secepat yang dibayangkan.
Hampir seluruh negara di dunia merasakan ancaman resesi yang makin hari makin nyata. Inggris menjadi salah satu negara yang sedang berjuang menghadapi hal tersebut.
Dalam beberapa waktu terakhir, angka inflasi di negara tersebut semakin parah. Tidak sedikit pula masyarakatnya yang mulai menghindari berbelanja berlebih demi menyisihkan uang untuk hari ke depan yang tidak bisa diprediksi.
Amerika Serikat juga pada bulan lalu sedang berjuang keras menghadapi masalah ekonomi.
Pada Juni kemarin, Janet Yellen selaku Menteri Keuangan Amerika Serikat berada di bawah tekanan ancaman gagal bayar utang negara atau default.
Saat itu pemerintah Amerika Serikat mengambil kebijakan untuk menaikan pagu utang negara untuk menghindari default. Sebab, jika Amerika Serikat gagal bayar utang, mau tidak mau kondisi ekonomi dunia juga menjadi makin buruk.
Yellen Optimis AS Tidak Terperosok dalam Lubang Resesi
Setelah berjuang keras mencari solusi default, kini Yellen kembali dipusingkan akan ancaman resesi dan juga tingginya nilai inflasi.
Pada Selasa (18/07/2023), Menteri keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengungkapkan negaranya berhasil membuat kemajuan yang baik dalam menurunkan inflasi dan dia tidak mengharapkan ekonomi AS memasuki resesi.
Hal ini diungkapkan oleh Yellen di hadapan pejabat keuangan Kelompok 20 dan disiarkan langsung oleh Bloomberg TV. Yellen mengatakan bahwa ekonomi AS berada di “jalur yang baik”.
Yellen juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang melambat di China tanpa disadari dapat mengguncang ekonomi negara-negara lain. Beruntungnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tidak lambat seperti yang dihadapi China.
“Untuk Amerika Serikat, pertumbuhan melambat, tetapi pasar tenaga kerja kami tetap kuat. Saya tidak memperkirakan resesi,” kata Yellen.
Selain itu, Yellen juga menjelaskan bahwa data inflasi Amerika Serikat baru-baru ini menunjukkan tren positif. Hal ini ini tentu berdampak banyak pada poin resesi.
“Data inflasi terbaru cukup menggembirakan,” ungkap Yellen dilansir dari Reuters.
Data pada hari Senin (17/07/2023),menunjukkan ekonomi China tumbuh 6,3 persen pada kuartal kedua secara tahunan, meningkat dari 4,5 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Tetapi, jauh di bawah ekspektasi 7,3 persen, karena permintaan melemah di dalam dan luar negeri.
Sedangkan, data untuk ekonomi Amerika Serikat yang dirilis bulan lalu, menunjukkan produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan 2 persen pada kuartal pertama.
Revisi naik tajam dari laju 1,3 persen yang dilaporkan sebelumnya, namun masih di bawah pertumbuhan 2,6 persen yang dilaporkan pada kuartal keempat.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.