ANDALPOST.COM – Hari raya Asyura yang dilakukan oleh Komunitas Islam Syiah di Bandung menjadi kontroversial di tengah masyarakat dan menganggapnya sebagai ritual yang sesat.
Hal tersebut dikarenakan beredarnya sebuah video dari kegiatan Asyura di platform-platform media sosial disusul dengan cemoohan masyarakat sekitar Jawa Barat.
Cemoohan tersebut merupakan perkataan ‘sesat’ dan ‘menyalahi ajaran Islam’. Akibat dari kontroversi dan keributan di tengah masyarakat tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) berupaya untuk meredamnya.
Berdasarkan informasi yang telah beredar di media sosial, cemoohan itu ditanggapi secara terbuka oleh komunitas Syiah di Bandung.
Komunitas tersebut juga merespon dengan memberikan keterangan secara terbuka.
Dalam keterangannya, mereka menyatakan bahwa komunitas tersebut telah melakukan perizinan terkait dengan penyelenggaraan kegiatan tersebut berdasarkan tujuan dan makna.
Selain itu, pihak berwenang dan MUI pun menjelaskan bahwa mereka telah memaklumkan dan mengizinkan penyelenggaraan kegiatan Asyura.
Syiah vs Sunni
Hal ini dikarenakan pihak berwenang dan MUI mengetahui adanya perbedaan dari perayaan muslim Syiah dan Sunni.
Kemudian, usai masyarakat Jawa Barat yang mencemooh kegiatan tersebut, belum ada tanda-tanda dari MUI Pusat yang memfatwakan kegiatan tersebut sebagai ajaran sesat.
Sebaliknya, MUI Pusat justru mengatakan bahwa ajaran tersebut sesuai dengan buku pedoman yang diterbitkan oleh MUI Pusat.
Selain itu, melalui komunitas yang mewadahi muslim Syiah di Indonesia mengatakan bahwa situasinya saat ini telah jauh lebih baik.
Hal tersebut terlihat melalui kegiatan yang diselenggarakan yakni Hari Asyura Nasional di Basket Hall Gelora Bung Karno pada 28 Juli 2023.
Kegiatan tersebut diketahui berjalan lancar tanpa adanya gangguan dari pihak mana pun.
Lebih lanjut, mengenai dengan kontroversi di tengah masyarakat, pengamat politik dan hubungan internasional Timur Tengah, Dina Sulaeman mengatakan hal tersebut menjadi masalah besar.
Hal ini dikarenakan adanya ketidaktahuan si penyebar video bersamaan dengan narasi yang tidak etis.
Sementara itu, perayaan Asyura dianggap menjadi perayaan besar muslim Syiah yang dilakukan setiap tahunnya pada 10 Muharram.
Dina Sulaeman juga mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar jika adanya perbedaan dalam perayaan besar antara muslim Syiah dan Sunni.
“Tidak ada satu negara yang homogen, hanya satu pemikiran saja. Bahkan di mazhab Sunni pun juga ada berbagai aliran, ada berbagai pandangan,” ucap Dina. “Jadi memahami perbedaan, menerima perbedaan, itu adalah hal yang penting yang perlu diedukasikan ke semua orang,” lanjutnya.
Kemudian, ia juga mengatakan kepada masyarakat untuk tidak langsung kaget jika ada suatu perbedaan yang terjadi.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.