Air di Bulan
Kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Cina, India, Jepang, dan Uni Eropa telah menyelidiki bulan dalam beberapa tahun terakhir. Pendaratan bulan Jepang gagal tahun lalu dan misi Israel gagal pada 2019.
Tidak ada negara yang melakukan pendaratan dengan sukses di kutub selatan. Misi India, Chandrayaan-2, gagal pada 2019.
Medan yang berat membuat pendaratan di sana sulit. Tetapi, hadiah penemuan air beku bisa bersejarah. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengekstraksi bahan bakar dan oksigen, serta digunakan untuk air minum.
“Dari sudut pandang sains, tugas terpenting, sederhananya, adalah mendarat di tempat yang belum pernah didarati orang lain,” ujar Maxim Litvak, kepala kelompok perencanaan peralatan ilmiah Luna-25.
“Ada tanda-tanda es di tanah area pendaratan Luna-25, hal tersebut terlihat dari data orbit,” katanya, seraya menambahkan bahwa Luna-25 akan bekerja di bulan setidaknya selama satu tahun bumi, mengambil sampel.
Roscosmos mengatakan bahwa dibutuhkan waktu lima hari untuk terbang ke bulan. Pesawat itu akan menghabiskan 5-7 hari di orbit bulan sebelum turun ke salah satu dari tiga kemungkinan lokasi pendaratan di dekat kutub.
Dari jadwal yang dirilis, tersirat bahwa pesawat itu bisa menyamai atau mengalahkan saingannya dari India ke permukaan bulan.
Chandrayaan-3 akan menjalankan eksperimen selama dua minggu.
Dengan massa 1,8 ton dan membawa peralatan ilmiah seberat 31 kg, Luna-25 akan menggunakan sekop untuk mengambil sampel batuan dari kedalaman hingga 15 cm demi menguji keberadaan air beku. (xin/lfr)