ANDALPOST.COM – Para juru kampanye iklim memberikan kritik kepada pemimpin Shell, Wael Sawan, setelah dirinya membela ketergantungan yang terus berlanjut pada minyak dan gas.
Sawan menolak untuk memotong produksi minyak dan gas dunia. Atas hal ini, para juru kampanye iklim tersebut mengatakan bahwa ini merupakan hal yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab.
Dalam sebuah wawancara, Sawan mengklaim bahwa mengurangi produksi bahan bakar fosil memiliki risiko buruk.
Disamping itu, ia menyampaikan pendapatnya bahwa negara-negara miskin akan menanggung beban kekurangan gas, jika mereka tidak mampu bersaing untuk pengiriman di pasar global.
“Yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab adalah memangkas produksi minyak dan gas. Sehingga biaya hidup seperti yang kita lihat tahun lalu, mulai melonjak lagi,” katanya.
Menurut para ahli, pendapat Sawan ini tidak sesuai dengan tujuan iklim global, dengan menggarisbawahi adanya pergeseran pendekatan yang dilakukan Shell.
Pergeseran pendekatan yang dimaksud adalah untuk memprioritaskan bahan bakar fosil dan meningkatkan pembayaran kepada pemegang saham.
Bulan lalu, perusahaan FTSE 100 mengeluarkan pengumuman yang berisikan bahwa mereka akan meninggalkan rencana untuk memotong ekstraksi minyak setiap tahunnya selama sisa dekade ini.
Seruan dari Para Pejuang Iklim
Kepala iklim di Friends of the Earth, Jamie Peters, memberikan pendapatnya mengenai keputusan Shell yang sangat disayangkan ini.
Ia mengatakan, “Sangat ironis jika Shell menyebut sesuatu sebagai ‘berbahaya dan tidak bertanggung jawab’ (untuk pemotongan produksi minyak).”
Ia kemudian menjelaskan bahwa perusahaan seperti Shell-lah yang memicu adanya krisis iklim. Bahkan, perusahaan ini juga dapat dikatakan mendapat keuntungan dari kesengsaraan orang biasa.
“Mari kita perjelas, perusahaan seperti Shell memicu krisis iklim dan melonjaknya biaya energi. Mereka mendapat untung dari kesengsaraan orang biasa sambil menghancurkan planet ini,” tuturnya.
“Dan mereka membuat kasus sinis untuk terus mengunci kita ke dalam pasar bahan bakar fosil yang tidak stabil yang merupakan akar penyebab krisis energi,” katanya.
“(Shell) menunjukkan betapa tidak kompatibel dan tidak terhubungnya Shell dengan kebutuhan mendesak untuk berinvestasi dalam energi terbarukan yang bersih dan murah serta efisiensi energi,” tambahnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.