ANDALPOST.COM – Dalam beberapa tahun terakhir, krisis jurnalisme yang disebabkan oleh media berita tradisional yang berjuang untuk mengikuti perkembangan teknologi, telah dengan baik didokumentasikan.
Namun, kini perusahaan dan organisasi produksi berita menghadapi perubahan yang justru lebih penting, yaitu generasi baru yang telah tumbuh dan bergantung secara garis besar kepada media digital.
Pernyataan ini ditulis oleh Nic Newman, jurnalis dan ahli strategi digital sekaligus Rekan Riset Senior untuk Studi Jurnalistik di University of Oxford.
Data yang dipublikasikan di tahun ini oleh Reuters Institute Digital News Report menunjukkan adanya percepatan dalam pergeseran struktural, menuju lingkungan yang lebih digital, media dan seluler.
Inilah alasan mengapa banyak konten berita justru diunggah di media sosial seperti salah satu contohnya TikTok.
Media tradisional sudah dianggap menjadi media yang lebih formal dan kaku, ini juga termasuk kepada surat kabar dan televisi.
Selain konsumsi berita televisi tradisional dan format cetak yang penggunanya semakin menurun tanpa henti, situs web online juga berjuang untuk terus melibatkan pengguna berita, terlepas dari bagaimana kondisi lingkungan kita.
Business Plus melakukan sebuah survei yang melibatkan penggunaan data dari seluruh 46 negara pada laporan tahunan.
Dari survei ini, ditemukan bahwa semakin hari dalam setiap tahun, banyak orang lebih memilih untuk menggunakan media sosial, sebagian besar dengan mengorbankan akses langsung melalui situs web atau aplikasi berita tradisional.
Dari waktu ke waktu juga, akses melalui pencarian dan agregator lainnya menurun.
Persentase Pengguna Situs Web atau Aplikasi Berita
Meskipun ketergantungan terhadap penggunaan media sosial tumbuh, jaringan atau media sosial yang digunakan belum tentu sama.
Salah satu contohnya adalah Facebook, dengan semua kelompok umur, media sosial ini merupakan sumber berita yang kurang penting bagi penggunanya.
Pada 2023, hanya sebanyak 28% mengatakan bahwa mereka mengakses berita melalui Facebook, ini lebih kecil dibandingkan pada 2016 yaitu sebanyak 42%.
Adanya penurunan ini sebagian didorong oleh Facebook yang menarik diri dari berita. Sebagian lain karena jaringan berbasis video yang lebih menarik banyak perhatian, seperti TikTok dan YouTube.
Dilaporkan juga bahwa penggunaan aplikasi Twitter mengalami penurunan, setelah serangkaian perubahan yang diperkenalkan oleh Elon Musk.
TikTok Sebagai Platform Baru dengan Perkembangan Pesat
Dalam survei Business Plus, ditemukan bahwa TikTok sebagai jejaring sosial dengan pertumbuhan tercepat. Dimana, Tiktok telah digunakan oleh sebanyak 44% anak usia 18-24 tahun untuk tujuan apapun, dan 20% untuk membaca berita.
Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa aplikasi ini paling banyak digunakan di beberapa negara bagian Asia, Amerika Latin, dan Afrika.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.