Ahli informasi dan hak sipil, mengatakan bahwa, memberhentikan segenap tenaga kerja di Twitter sebelum pertengahan terakhir pemilihan umum di Amerika Serikat, dapat berdampak buruk terhadap keluar masuknya informasi.
Hal ini disebabkan karena platform media sosial itu sebenarnya sudah cukup sulit dalam menangani konten-kontennya. Ditambah, PHK massal ini hanya akan membuat penanganan itu sulit dilakukan karena sedikitnya tenaga kerja yang ada di platform tersebut.
Mengetahui adanya PHK massal tersebut, para karyawan Twitter saling mengirim pesan ke satu sama lain melalui media sosial tersebut pada hari Kamis kemarin (3/11/2022). Mereka menggunakan hastag #OneTeam untuk menunjukan solidaritas mereka kepada Musk.
Inisiatif Sebagian Karyawan
Beberapa waktu sebelum ini, sudah banyak dari mereka yang merasa takut dengan perseteruan Twitter dengan Elon Musk beberapa waktu yang lalu. Mereka masih tidak tahu apakah lelaki itu benar akan membeli media sosial itu atau tidak.
Hal ini juga yang menyebabkan sebagian dari mereka akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah Musk berhasil mengakuisisi Twitter.
Sebelumnya, Musk berselisih dengan Twitter karena lelaki itu mengurungkan niatnya untuk membeli perusahaan media sosial tersebut. Pihak media sosial tersebut pun membawa perkara tersebut ke Pengadilan Negeri Delaware.
Pada akhir Oktober 2022, Musk mendatangi kantor Twitter di San Francisco dan memposting video kedatangannya itu melalui akun resminya. Setelah sempat berseteru, Musk akhirnya memutuskan untuk mengakuisisi dan meresmikan dirinya sebagai pemilik perusahaan tersebut. (mic/fau)