Perjalanan Merpati Sebelum Pailit
Perlu diketahui, Merpati Airlines merupakan maskapai milik negara. Maskapai ini didirikan pada 6 September 1962. Maskapai tersebut berpusat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pada mulanya, Merpati Airlines menggunakan pesawat berjenis DHC-3 dan DC-3 yang merupakan hasil hibah dari TNI AU.
Pembentukan maskapai tersebut, diatur dalam Peraturan Bentuk Perusahaan Negara (p.N.) Perhubungan Udara Daerah dan Penerbangan Serbaguna “Merpati Nusantara” menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
Selain mendapatkan hibah pesawat dari TNI AU, maskapai ini juga mendapatkan bantuan berupa pilot hingga teknisi yang berasal dari TNI AU, Garuda Indonesia, dan beberapa perusahaan sipil lainnya.
Pada mulanya di tahun 1963, merpati hanya melayani penerbangan perintis dengan jalur khusus di daerah Kalimantan. Namun, selanjutnya Merpati Airliners mulai membuka rute-rute lainnya seperti, Jakarta – Balikpapan, Jakarta – Semarang, dan Jakarta – Tanjung Karang.
Tahun 1966, Merpati Airlines mulai membuka layanan komersial di bawah pimpinan Direktur Utama Kapten R. B. Wibisono. Merpati Airlines juga mulai membuka layanan penerbangan ke wilayah papua untuk memenuhi permintaan pasar dan juga kebutuhan masyarakat.
Meski membuka layanan penerbangan komersial, penerbangan perintis oleh Merpati Airlines tetap terus dijalankan. Bahkan, untuk menunjang hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengirimkan tiga armada baru dengan jenis Twin Otter.
Merpati Airlines sempat berjaya di tahun 1980-an. Tentu saja pailitnya Merpati Airlines tidak terjadi begitu saja.
Ada berbagai persoalan yang mereka hadapi, khususnya terkait dengan utang kepada kreditur yang menjadi perjalanan Merpati Airlines sebelum akhirnya dinyatakan pailit. (wan/zaa)