ANDALPOST.COM — Citigroup saat ini sedang melakukan upaya restrukturisasi besar-besaran yang dipimpin oleh CEO Jane Fraser, yang secara internal disebut sebagai “Proyek Bora Bora.”
Perombakan ambisius ini telah dimulai, ditandai dengan pembongkaran dua divisi operasional inti Citigroup dan pembentukan lima unit bisnis penting.
Restrukturisasi ini telah memicu diskusi awal di antara para eksekutif puncak, manajer, dan konsultan tentang potensi PHK, dengan beberapa bidang bisnis berpotensi menghadapi pengurangan setidaknya 10%.
Namun, penting untuk ditekankan bahwa diskusi ini masih dalam tahap awal, dan angka pastinya mungkin akan berkembang dalam beberapa minggu mendatang.
Sejak pengangkatannya sebagai CEO pada tahun 2021, Jane Fraser telah dipercaya untuk membatasi pengeluaran dan meningkatkan nilai saham Citigroup yang berkinerja buruk.
Selama masa jabatannya, pengeluaran dan jumlah pegawai bank telah meningkat secara signifikan, mencapai 240.000 karyawan. Sementara banyak pesaing industrinya telah mengurangi jumlah tenaga kerja mereka tahun ini.
Jika Fraser memutuskan untuk melanjutkan pengurangan tenaga kerja melebihi 10%, hal ini akan menandai salah satu gelombang PHK terbesar di Wall Street dalam beberapa tahun terakhir.
Usulan PHK ini telah menciptakan rasa ketidakpastian di kalangan tenaga kerja Citigroup. Fraser pun telah mengakui pentingnya langkah-langkah yang diperlukan untuk membentuk kembali perusahaan tersebut.
Rencana Restrukturisasi Citigroup
Bagian dari rencana restrukturisasi mencakup penghapusan manajer regional, co-head, dan individu dengan tanggung jawab yang tumpang tindih.
Di mana diperkirakan akan mengakibatkan pengurangan pekerjaan melebihi ambang batas 10%, khususnya di kalangan eksekutif.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.