ANDALPOST.COM – Lebaran merupakan hari dimana seluruh masyarakat Indonesia pergi berlibur ke luar kota atau balik ke kampung halaman.
Salah satu wilayah yang paling suka dilalui oleh masyarakat Indonesia ketika lebaran adalah Jalur Pantai utara (Pantura).
Jalur Pantura merupakan salah satu urat nadi bagi transportasi dan logistik. Hal tersebut karena posisinya yang berada di samping Jalan Tol Trans Jawa. Jalur itu juga merupakan jalan lintas Tengah Selatan, dan Jalur Pantai Selatan (Pansela) Jawa.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, Jalur Pantura tentunya akan sangat berpotensi menjadi tempat seluruh kendaraan bertemu. Dengan kata lain Jalur Pantura akan menjadi tempat dengan tingkat kemacetan yang tinggi.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemacetan yang parah di Jalur Pantura. Kini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jendral Bina Marga sedang terus mengusahakan untuk memaksimalkan kemantapan jalan tersebut.
Hal ini ditujukan agar kondisi arus mudik nantinya dapat berjalan dengan lancar. Bahkan jika kemacetan terjadi, kemungkinan tingkat kemacetan tidak akan separah yang dibayangkan.
Alokasi Anggaran
Hedy Rahadian selaku Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan kemantapan Jalur Pantura. Alokasi anggaran preservasi yang dibutuhkan di wilayah Banten telah mencapai Rp 127 miliar. Kemudian Jawa Barat mencapai Rp 302 miliar, disusul oleh Jawa Tengah yang mencapai Rp 543 miliar dan Jawa Timur yang mencapai Rp 348 miliar.
“Total anggaran preservasi jalan nasional di Pantura dari tahun 2018 hingga 2023 sebesar Rp 6,52 triliun. Memang ini masih sangat kurang dibanding dengan beban jalan nasional kita di Pantura. Tetapi bagaimana mengoptimalisasi penganggaran preservasi jalan nasional menggunakan program IRMS V3 sebagai tools. Untuk menghitung kebutuhan anggaran dalam satu tahun.” ungkap Dirjen Hedy Rahadian.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.