Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Sebanyak 70% Bisnis di Australia Yakin Resesi Bakal Terjadi dalam 12 Bulan Kedepan

70% Bisnis di Australia Yakin Resesi Akan Terjadi dalam 12 Bulan Kedepan
Dolar Australia. (Sumber: REUTERS/Thomas White via CNBC Indonesia)

ANDALPOST.COM – Sebuah survei baru yang dirilis menunjukkan bahwa Sebagian besar profesional industri mengantisipasi Australia sedang menuju resesi.

Survei ini dilakukan oleh perusahaan penasehat serta investasi KordaMentha dan Turnaround Management Association (TMA) of Australia.

Perusahaan ini mensurvei profesional kepailitan, penasihat turnaround, dewan perusahaan dan pengacara untuk wawasan mereka tentang prospek ekonomi selama 12 bulan ke depan.

Survei dikirim ke ratusan perusahaan, mengumpulkan 115 tanggapan.

Sebagian besar responden survei berada di Victoria (43 persen), sementara penayangan juga berasal dari New South Wales (36 persen) dan Queensland (12 persen).

Tahun ini, responden “sangat kasar” pada ekonomi daripada survei sebelumnya – jargon pasar keuangan untuk sebutan pesimistis.

Di antara temuan utamanya, sebanyak 70 persen dari mereka yang disurvei “mengantisipasi resesi dalam 12 bulan ke depan, termasuk 19 persen yang mengantisipasi resesi dalam enam bulan ke depan.”

Kemudian menelusuri lebih jauh, sebanyak 51 persen responden sedang mengantisipasi adanya resesi.

“51 persen responden mengantisipasi kemungkinan resesi di Australia dalam 12 bulan ke depan,” tulis laporan.

Laporan KordaMentha — TMA Australia 2023 Turnaround Survey, mencatat sentimen di kalangan pekerja profesional telah turun secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat.

“Ini adalah perubahan signifikan dari September 2022 ketika hanya 27 persen responden mengantisipasi resesi,” kata laporan itu.

Kemudian, sekitar 47 persen dari responden mengantisipasi datangnya inflasi, serta sepertiga responden yakin bahwa inflasi akan mengalami peningkatan.

“Mengantisipasi inflasi untuk tetap berada di sekitar level saat ini selama 12 bulan ke depan, dengan sepertiga responden meyakini inflasi akan terus meningkat,” jelas laporan.

“Responden sangat mengantisipasi resesi sebagai dampak inflasi dan kenaikan suku bunga mengalir melalui perekonomian,” lanjut laporan tersebut.

“Menggabungkan kekuatan ini untuk bisnis adalah pengetatan pasar utang dan ekuitas tradisional,” kata laporan itu.

Awal pekan ini, kepala ekonom Commonwealth Bank, mencatat bahwa sementara ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda stres, keputusan suku bunga Mei dan Juni Reserve Bank masih belum dirasakan oleh peminjam hipotek.

Keputusan Reserve Bank ini adalah meningkatkan suku bunga sebesar 0,25 poin persentase di setiap bulan.

Hal ini berarti, rumah tangga mau tidak mau perlu lebih memperketat pengeluaran mereka dalam beberapa bulan mendatang sementara belanja ritel terus melambat.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.