ANDALPOST.COM – Pemerintah melakukan survei serologi nasional kali ketiga untuk mengukur kadar antibodi Covid-19 di masyarakat. Survei ini dilakukan untuk mengetahui status imunitas masyarakat Indonesia terhadap Covid-19.
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan Syarifah Liza Munira mengungkap sejumlah temuan menarik dari hasil survei tersebut.
“Beberapa hal utama yang ditemukan, proporsi penduduk dengan antibodi Covid-19 meningkat jadi 99 persen. Pada survei kedua di bulan Juli 2022 itu 98,5 persen,” kata Liza dalam konferensi pers Hasil Survei Serologi Nasional.
Hal menarik lain dari survei tersebut adalah penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi booster diketahui memiliki kadar antibodi tertinggi.
“Ketika dilihat mereka yang dalam satu tahun ini melengkapi vaksinnya, kadar antibodi meningkat hampir tiga kali,” lanjutnya.
Berdasarkan temuan tersebut, Liza menyampaikan bahwasanya melengkapi vaksin saat ini masih penting. Meskipun kondisi imunitas penduduk terus meningkat, ia mengingatkan kalau transmisi Covid-19 masih bisa terjadi.
“Walaupun hasil survei ini menunjukkan kondisi imunitas masyarakat usia di atas satu tahun baik, kita perlu melengkapi status vaksinasi,” katanya.
“Kita tahu bahwa vaksin yang ada di pasaran belum bisa mencegah transmisi. Ia hanya mencegah keparahan kondisi. Melengkapi vaksinasi masih penting guna mempertinggi kadar antibodi dan mencegah keparahan jika terinfeksi,” imbuhnya.
Dijelaskan tim ahli dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr. Iwan Heriawan, survei kali ini ingin mengetahui perubahan kadar antibodi.
“Survei ini melibatkan responden yang sama sejak survei pertama di Desember 2021. Diikuti 16.286 responden. Kami ikuti mereka agar bisa lihat perubahan kadar antibodinya seperti apa,” ujar Iwan.
Hasilnya, masyarakat yang sudah mendapat booster memiliki kadar antibodi paling tinggi. Semakin tinggi status vaksinasi, semakin tinggi kadar antibodinya. Selain itu, semakin meningkat umur, ternyata antibodi ikut meningkat.
“Ini kondisi yang menggembirakan. Pada lansia sebagai kelompok rentan, artinya antibodi mereka tinggi,” lanjutnya.
Tim ahli sebut hasil survei ini bisa jadi landasan kebijakan
Tim ahli dari FKM UI dr. Pandu Riyono juga mengatakan bahwa hasil survei ini bisa dimanfaatkan sebagai landasan kebijakan Pemerintah.
“Survei serologi ini sampai tiga kali dilakukan untuk bantu kebijakan. Dipakai untuk meyakinkan Pemerintah menghentikan PPKM. Dipakai juga untuk mendorong vaksinasi,” ujar Pandu.
Dijelaskan juga bahwa kebijakan vaksinasi booster yang dijalankan Pemerintah dilandaskan pada hasil survei serologi pertama di bulan Desember 2021.
“Sebelum diizinkan mudik tahun lalu, Pemerintah lakukan sero survei terbatas di daerah mudik. Ternyata status imunitasnya cukup tinggi. Makanya mudik dibolehkan. Berbagai analisis (terkait Covid-19) dilakukan tujuannya sebagai dasar mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan data,” sambung Iwan.
Melalui hasil survei serologi kali ketiga ini, Pandu pun menegaskan bahwa meningkatkan status vaksinasi harus menjadi prioritas.
“Kita punya PR mencabut status kedaruratan. Harus kembali seperti normal,” singkatnya.
“Kalau kita mau percaya bahwa kita bisa mencabutnya, kita harapkan kerja sama. Pemerintah tetap berikan layanan vaksinasi, masyarakat bersedia untuk melengkapi vaksinasinya,” pungkasnya.
Saat ini Kemenkes telah membuka opsi vaksinasi booster kedua untuk dewasa. Sejalan dengan itu, Kemenkes menganjurkan setiap masyarakat untuk melengkapi status vaksinasinya. (lth/fau)